Mencari seseorang yang telah menjejakkan kenangan 20 tahun yang lalu, tanpa informasi yang jelas, bukan perkara mudah. Itulah yang terus berputar di benak Abby ketika Paman Ben memilih dia dan Keegan menemani pencariannya. Paman Ben, pria eksentrik 40 tahun yang tidak dapat melepaskan bayangan Rinjani, perempuan yang dicintainya 20 tahun silam. Patah hati ternyata bisa membuat hidup seseorang terkungkung selama 20 tahun.
“… apakah kamu bisa mengganti orang yang hilang dengan yang baru? Tidak. Karena kalau kita bicara tentang orang, kita bicara tentang emosi, kenangan, dan semua hal yang rasakan terhadapnya, yang tidak kita rasakan terhadap orang lain.” ~ Paman Ben - h.167
Perjalanan yang terasa tidak masuk akal ini ternyata tidak membuat keluarga Hadison melarang kepergian Paman Ben. Keluarga besar yang SANGAT mencintai kebersamaan ini, malah mendukung 100%, demi tak ingin kehilangan kembali Paman Ben yang sempat ‘melarikan-diri’ ke tanah Leiden, Belanda selama 20 tahun. Tinggallah Abby yang harus rela menjadi “partner in crime” Paman Ben, bersama Keegan.
Nah, salah satu yang membuatku jatuh cinta dalam buku ini adalah Keluarga Hadison yang terasa kehangatannya setiap kali anggota keluarga berinteraksi. Terutama saat para sepupu beraksi, kekocakan pasti hadir dalam alur cerita. Penulis menggambarkan, bahwa tidak selalu tinggal bersama orangtua itu menyedihkan tapi bisa jadi kekuatan, apalagi didukung dengan kekompakan dan keahlian masing-masing. Rasanya seperti mempunyai ‘negeri’ sendiri. Sebuah latar lakon yang sangat mendukung cerita.
Perjalanan dimulai dari Mandeh, tempat sahabat Paman Ben yang diperkirakan mengetahui sedikit info tentang Bu Rinjani. Sayangnya, lagi-lagi info yang didapatkan Paman Ben tidak sesuai keinginan dan membuat Abby-Keegan harus ‘tepok-jidat’ berkali-kali. Di sisi lain, interaksi Abby-Keegan, yang berseberangan dalam menyikapi perjalanan Paman Ben ini menambah konflik dalam alur.
“Sesuatu yang mematahkan hatinya puluhan tahun lalu. Bu Rinjani yang sudah membuatnya down dua puluh tahun lalu, boleh jadi akan melakukan yang sama kali ini.” ~ Abby – h. 118
“Dia tahu, Abby, tapi dia memilih menjalani ini supaya dia tahu kebenarannya. Dia mencari kebenaran. Mengerti?!” ~ Keegan – h. 121
Sepanjang perjalanan tidak melulu berisikan kesedihan seorang pria yang menyimpan kenangan, tapi interaksi yang tak ayal membuat tersenyum, meski diliputi kejengkelan. Ceplosan-ceplosan seperti senyum selebar nampan atau pengartian ekspresi yang menyiratkan banyak makna, menjadi kekocakan yang mewarnai sebagian besar alur. Selain itu, wisata alam dan kuliner yang diperkenalkan penulis digambarkan dengan menggiurkan, serasa mengikuti acara Pak Bondan ‘Maknyus’.
Satu lagi, yang menarik adalah gambaran karakter remaja, yang menginjak dewasa, dalam novel Jejak Cinta layak diacungi jempol. Beberapa karakternya menunjukkan meski usia tergolong muda, mereka telah memiliki impian dan tujuan hidup, walau tetap saja sikap jail dan suka menggoda mewarnai interaksi mereka. Bakalan menarik jika Novel Jejak Cinta diangkat ke dalam film sembari mengenalkan kuliner dan wisata alam Provinsi Sumatera Barat.
Jejak Cinta, 20 Tahun Berlalu | Maya Lestari Gf | PastelBooks | Pertama, Agustus 2017; 290 hlm | Harga: Rp. 75.000 (harga diskon di www.parcelbuku.net)
****
GIVEAWAYS JEJAK CINTA, 20 TAHUN BERLALU
Salam Baca!!
Sudah baca ulasan Jejak Cinta, kan? karena nantinya ada pertanyaan yang berkaitan dengan ulasan di atas.
Nah, saatnya giveaways!! Ada hadiah 1 novel #JejakCinta karya Mbak @mayalestarigf yang diterbitkan @pastelbooks.id untuk kamu yang beruntung. .
.
Caranya gampang banget :
- Share ulasan ini di akun twittermu dengan hastag #GAJejakCinta20th
- Follow akun twitter @mayalestarigf dan @sinta_nisfuanna
- Sebutkan akun twittermu dan jawab dua pertanyaan di kolom komentar, "kalimat 'senyum selebar nampan' terletak pada paragraf berapa?" dan "Mengapa kamu menginginkan novel ini?"
- Bersedia mereview novel ini di blog atau akun facebook.
- Akun tidak diprivate
- Giveaway ini dimulai dari tanggal 16 - 22 Oktober 2017
nama : Farida
ReplyDeleteAkun twitter ; @farida_271
jawaban : Ada di paragraf ke lima mbak, dan kenapa aku menginginkan novel ini karena aku ingin tahu bagaimana penyelesaian konflik CLBK (cinta Lama belum kelar) setelah 20 tahun kemudian. 20 tahun kemudian pasti banyak hal yang berubah kan.
Assalamu'alaikum, Kak. Aku @fitt_rilaily :)
ReplyDeleteKalimat 'senyum selebar nampan' terletak pada paragraf kedelapan, Kak.
Alasan mengapa mau novel ini karena aku suka dengan ide ceritanya yang unik yakni tentang perjalanan dan cinta. Dari ulasan Mbak Sinta, kuyakin itu bukan cinta yang dibungkus dengan terlalu lebay dan manja. Aku salut dengan semangat dan perjuangan Ben yang ingin mencari Rinjani. Dipikiranku pasti banyak rintangan yang dihadapi Ben, dan ingin tahu bagaimana Ben menghadapi dan menyelesaikannya.
Aku pernah (dan sekarangpun) mengunjungi blog Uni Maya. Membaca artikel dan cerpen-cerpennya yang pernah dimuat di media massa. Aku selalu suka dengan tulisan Uni Maya di blognya itu. Dan pastilah kalimat-kalimat di novel Jejak Cinta, 20 Tahun Berlalu juga tak kalah menariknya.
@marfaumi
ReplyDeleteParagraf ke lima kak (kutipan tak dihitung sebagai paragraf), karena pertama aku suka dengan desain kovernya yang "comotable", pastel dan alam backpacker gitu. Yang kedua aku pernah sekali baca novel kak Maya, penasaran doang buku kali ini bedanya apa aja dan tentunya karena udah lama ngga review buku di blog, semoga buku ini jadi yang akan mau kureview :D
Haihai ikutan yaaaah. Udah share infonGA ini di link twitter:: https://mobile.twitter.com/artha_amalia/status/920034082964119553
ReplyDeletekalimat 'senyum selebar nampan' terletak pada paragraf ke-5, diluar kutipan ujaran para tokoh yang ada.
Saya ingin punya novel ini dan bersedia mengulasnya di blog milik saya:: www.kata-artha.com
Penasaran dengan ada apa antara Paman Ben dan Bu Rinjani zaman dahulu. Mengapa Paman Ben baru sekarang mencarinya hingga dibantu Abby-Keegan? Tiap orang pasti punya kisah cinta yang terpaksa usai, tapi suatu saat akan terkenang kembali. Mungkin itu yang kini dialami Paman Ben. Saya juga ingin tahu bagaimana sikap seorang lelaki yang mabuk akan cinta, dan bagaimana usaha mendapatkannya. Bagaimana lelaki yang benar2 tulus mencinta dan menghargai wanita. Bahkan rela berjuang mencari sang pujaan hati. Semua ini tertuang dalam novel teranyar ini. Buat saya ajah dong...
Salam manis,
@artha_amalia
@rinicipta
ReplyDeleteKalimat "senyum selebar nampan" berada di paragraf kelima, dimana kutipan tidak dihitung sebagai paragraf.
Aku tertarik banget dengan novel ini. Dua puluh tahun itu bukanlah waktu yang singkat, dan selama itu terbelenggu dengan perasaan di masa lalu. Rasanya kok nelangsa banget ya? Aku percaya dengan kekuatan cinta. Aku juga percaya bahwa selalu ada keajaiban jika kita percaya dan berusaha.
Penasaran dengan kisah Paman Ben dan Ibu Rinjani, selama terpisah apakah banyak perubahan? atau justru keduanya sama-sama memendam perasaan yang lama? Apakah mereka akan bertemu? Bagaimana akhir kisah penantian cinta mereka? duuh.. aku pengin ikut menemani Paman Ben dalam misi pencariannya seperti Abby dan Keegan ^^