12 Menit


"Mereka berlatih ribuan jam hanya demi 12 menit penentuan."
Tidak tau kenapa, saat membaca kalimat tersebut di bagian sinopsis, tiba-tiba di kepala malah muncul, "kok seperti ujian nasional ya, yang jadi titik tentu belajar selama bertahun-tahun." Well, kalau dipikir-pikir, begitulah hidup, yang terdiri dari titik-titik tentu dari setiap usaha dan doa manusia. Tinggal bagaimana manusia berusaha untuk mencapai titik tentu tersebut dengan cara bagaimana. Hasilnya? Pasti yang terbaik dari Allah SWT.

'Perjalanan' baca saya bersama marching band asal Bontang ini sempat tidak terlalu menyenangkan. Pasalnya, banyak sekali istilah-istilah yang saya tidak paham, meski pada bagian akhir novel terdapat glosarium. Jadinya, saat membaca bagian Rene yang begitu menggebunya membimbing seratus duapuluh anak, rasanya kurang mancep di hati, akibat kepala saya yang harus mencerna dulu istilah-istilah tersebut.

Tapi, semakin ke belakang ternyata alur menjadi lebih menarik, masalah istilah mulai dikesampingkan. Titik dimana, saya merasakan emosi cerita adalah saat Elaine memunguti sampah di bagian belakang rumah Lahang. Meski sedikit bingung dengan alur maju-mundurnya, saya mulai bisa merasakan kemarahan Tara, kekesalan pada Pak Josuke, tangisan Lahang, kegemasan Rene, teruuus... sampai ikut terharu di bagian ujung cerita. Sepertinya, jurus untuk menikmati novel ini, bagi yang tidak mengerti marching band, adalah mengesampingkan istilah-istilahnya.

Walhasil, sekarang saya menjadi ikut penasaran dengan filmnya. Semoga tidak mengecewakan.

Judul: 12 Menit
Penulis: Oka Aurora
Penyunting: @shinta_read dan @me_dorry 
Penerbit: NouraBooks
Cetak: Mei 2013
Tebal: xiv + 348 hlm
Bintang: 3.5/5

Comments

  1. Tapi memang itulah hidup. Ada orang yang sepanjang hidupnya dipenuhi dengan lumpur dosa. Akan tetapi Alloh SWT berkehendak lain. Ia ditakdirkan bertobat diakhir kehidupannya, lalu Alloh SWT menerimanya. Maka ia pun wafat dalam keadaan khusnul khotimah.

    Bayangkan bagaimana para pemenang lomba lari cepat 100 m berlatih sekian lama hanya untuk pertandingan yang hanya 10 detik saja.

    Hmmm, kita semua, saya pikir melakukan hal yang sama selama ini.

    ReplyDelete
  2. Benar, seperti membangun kepercayaan orang lain butuh bertahun-tahun, namun hanya butuh satu detik untuk menghancurkannya. Setidaknya dalam hidup detik-detik itu tidak terduga dan terjadwal seperti UN atau perlombaan.

    ReplyDelete

Post a Comment

What Do You Things?