Majelis


Rasa bosan ternyata bisa membuat seseorang menjadi kreatif. Sayangnya, daya kreatif tak selalu beriringan dengan cara dan sikap yang positif. Tiga mantan hakim yang telah berstatus narapidana di penjara federal 'berkreasi' untuk mengisi tahun-tahunnya yang membosankan. Spicer, Beech, dan Yarber, yang menamakan dirinya Majelis, menciptakan sosok imajinasi, Percy dan Ricky, untuk mengelabui dan menjebak para pria paruh baya. Mereka memasang iklan di sebuah majalah yang seolah-olah dikirim oleh seorang pemuda yang ingin 'berteman' dengan pria usia 40-50th. Sudah tentu, iklan tersebut disambut para gay.

John Grisham [Sumber:: sini]
Komunikasi dilakukan lewat surat-menyurat dengan perantara pengacara mereka, Trevor. Surat-surat yang masuk mereka pelajari dengan cermat, siapa yang layak untuk dijerat. Pilihan jatuh pada pria-pria yang terlihat kaya tapi berusaha menutupi hasrat menyimpang mereka. Dengan mengancam akan membeberkan rahasianya, para mantan hakim tersebut menuntut uang tutup mulut. Semua berjalan lancar, sampai siasat mereka mengenai orang yang salah.

Di sisi lain, Amerika sedang dihebohkan dengan suasana jelang pemilu presiden. Teddy, direktur CIA memiliki ambisi untuk meningkatkan anggaran militer. Dia pun mencari seseorang yang layak dicalonkan menyaingi calon-calon yang jauh-jauh hari telah gencar berkampanye. Satu yang tak boleh ketinggalan, harus bisa mewujudkan ambisinya, maka terpilihlah Aaron Lake.

Lake dipersiapkan sebagai calon presiden dengan misi utama meningkatkan anggaran militer demi menjaga keamanan negara. Kemunculan Lake sebagai calon presiden yang mendadak ternyata tak membuatnya minder, kelihaian Teddy dalam mencari dana kampanye serta menciptakan konspirasi, membuat Lake menjadi kandidat yang diperhitungkan. Semua tampak berjalan lancar, hingga muncul masalah 'kecil' yang mengejutkan Teddy. Masalah yang terurai dalam sebuah surat, mengawali kegelisahan Teddy dan dianggapnya berpotensi menggagalkan impiannya.

Cover th. 2010 [Sumber:: sini]
Membaca The Brethren saat pemilu sedang ramai di Indonesia, membuat saya sedikit bisa membayangkan apa saja yang dilakukan dan dipersiapkan para calon pemimpin negara. Semakin menarik ketika ada suguhan konspirasi bom/ perang yang dilakukan supaya meningkatkan pamor si calon. Hanya saja, kedetailan Penulis dalam menjalankan alur cerita, agak terasa membosankan dan ada bagian yang menurut saya kurang efisien. Aktivitas Trevor yang bolak-balik ke penjara untuk memberi dan mengirimkan surat 'jebakan' pada para korban, cukup menjemukan. Untungnya, saya terhibur dengan pengadilan mingguan yang diadakan dalam penjara.

Tokohnya lumayan banyak, terutama para pria yang terjebak, yang ternyata pengaruhnya tidak terlalu besar dalam plot cerita. Ada tokoh yang menurutku kurang jelas perannya, yaitu pria yang sempat memata-matai kotak pos para mantan hakim [saya lupa namanya] dan ceritanya berhenti saat pria tersebut mengikuti Trevor sampai ke kantornya. Jadi, peran pria tersebut sebenarnya apa? Setelah jauh-jauh mengintai, kemudian apa? Padahal masalah pekerjaan Trevor sebagai pengacara dan metode surat menyurat melalui kotak pos sudah dipaparkan sebelum-sebelumnya.

The Brethren adalah buku kedua dari John Grisham yang saya baca, setelah Theodore Boone; Kid Lawyer. Keduanya, sama-sama kurang 'nendang' klimaksnya, tapi saya masih penasaran dengan karya John Grisham lainnya, terutama yang berada dalam daftar 'tabungan buku' saya

Judul: Majelis
Judul Asli: The Brethren
Penulis: John Grisham
Penerjemah: Diniarty Pandia
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetak: Ketiga, Mei 2006
Tebal: 496 hlm
Bintang: 3/5

Resensi diikutkan dalam A Reading Challenges Mystery Bulan Februari 2013



:: ingin buku seken/murah bermutu? mampir ke FB Parcel Buku yuk! ::

Comments