Dunia Alice



Berkenalan dengan dunia Alice ternyata menyenangkan. Saya dipertemukan dengan Alice, bocah perempuan yang kemudian menjadi remaja, dengan latar belakang keluarganya yang adalah imigran Australia asal Kamboja. Benturan budaya sudah pasti terjadi dan itulah yang menjadi tema utama dari cerita yang terinspirasi dari kehidupan penulisnya sendiri. 
"Seorang tidak ada yang mengingatkanku untuk bangga menjadi bagian dari kebudayaan yang berumur seribu tahun, tak seorang pun mengatakan bahwa aku ini emas dan bukannya kuning." [h. 210]
Cover Asli [Sumber:: sini]
Kisah imigran Vietnam sedikit mengingatkan tentang manusia perahu dalam Weeping Under This Same Moon. Tapi, berbeda dengan kisah manusia perahu yang menyedihkan, Dunia Alice lebih banyak bertutur tentang benturan budaya yang disampaikan dengan nada sinis, menggelitik, dan kocak.

Bercerita tentang kehidupan tiga wanita turun temurun, Nenek, Ibu, dan Alice. Kisah nenek bercerita tentang budaya masa silam. Salah satunya, pandangan masyarakat, bahkan keluarga, terhadap wanita yang melahirkan anak perempuan. Anak lelaki sangat diagungkan dan dinantikan oleh setiap keluarga. Kehamilannya pun menjadi faktor yang menentukan sikap orang di sekitarnya.

Sejak Ayah melamar dan mengajak Ibu berimigrasi ke Australia, kehidupannya mengalami shock culture. Ketidakbisaannya membaca dan berbincang menggunakan Bahasa Inggris membuatnya stres dan meratapi kehidupannya. Menariknya, kelemahannya dalam masalah penyesuaian bahasa, berbanding terbalik dengan kegilaannya dalam bekerja. Padahal, saat itu suaminya telah mengelola beberapa toko dan sangat 'dimaklumi' jika hanya ongkang-ongkang kaki di rumah.

Alice sendiri adalah bocah yang berpikiran kritis. Kejadian-kejadian lucu menjadi selingan cerita lewat tingkah polah Alice saat kecil. Seperti saat dia terserang kutu dan dijauhi ketika mampir ke rumah temannya. Larangan bergerak dari temannya agar si kutu tidak menyebar, malah 'dilawan' dengan tiduran di karpet dengan mengimajinasikan memimpin prajurit kutu melakukan penyerangan. Atau, saat dia mendapatkan label 'si pengadu' dari ibunya dan berpikir betapa ruwetnya orang dewasa.

Alice Pung *cantik, kayak artis korea ya? :p* [Sumber:: sini]
Warna-warni perasaan yang diusung ketiga tokoh perempuan ini diceritakan dengan alur selang-seling, membuat cerita menjadi lebih membolak-balikkan suasan hati pembaca. Baru merasakan sedih dengan masa lalu Nenek, tak berapa lama tertawa dengan kelakuan Alice; atau baru saja menikmati kesenangan Alice, tiba-tiba ikutan marah dengan suasana hati Ibu. Seru.

Sosok Alice tidak berhenti saat dia kecil, tapi berlanjut sampai ke jenjang kuliah. Dari situ, mulai terselip kisah romance, di saat Michael mendekati Alice. Sudah pasti, orangtua dengan budaya ketimurannya, mewaspadai kedekatan Alice dengan pria yang tidak se-ras. Terjadilah 'duet' ibu protektif versus putri yang ayolah-bu-aku-sudah-besar. Penambahan monolog Alice menambah kelucuan di sela cerita cintanya yang romantis.

Awalnya, saya tidak menyangka kalau ternyata Alice Pung adalah penulis muda. Begitu dapat fotonya, widiw, cantiknya seperti artis-artis Korea #salahfokus. Penulis yang juga berprofesi sebagai pengacara ini berhasil meraih penghargaan dari industri buku di Australia atas bukunya, Dunia Alice sebagai Newcomer of The Year Award tahun 2007, kemudian, lolos juga seleksi NSW Premier Literary  Award dan Booksellers Choice Award.

Tiga kata selama membaca Dunia Alice :: Think and Smile!

Judul: Dunia Alice
Judul Asli: Unpolished Gem
Penulis: Alice Pung
Penerjemah: Fransisca
Penyunting: Dhewiberta
Penerbit: Bentang Pustaka
Cetak: Pertama, Februari 2011
Tebal: viii + 310 hlm
Bintang: 3/5


 :: ingin buku seken/murah bermutu? mampir ke FB Parcel Buku atau Dagang Buku yuk! ::

Comments