Drunken Marmut


Saya sering tidak mengerti apa yang sebenarnya ada di dalam kepala Pidi Baiq, bisa jadi lebih dari separuh isinya adalah keusilan. Bocah-bocah disuruh menyanyi koer di kamar mandi; atau ketika Pidi mengajak pegawai baru “ciuman”; atau tukang sate yang harus berkomunikasi lewat kertas dengan Pidi; atau, atau yang lain sebagai bukti tingkat keusilan penulis yang sudah tinggi.


Uniknya. terkadang Pidi tidak sekadar usil tapi juga memiliki “sesuatu” lewat tingkahnya, Saya cukup takjub dengan aksi “bagi-bagi awug” yang dilakukannya bersama si mbok pedagang awug. Tidak hanya berniat meringankan si mbok dengan memborong jualannya, tapi juga bermurah hati berkeliling memberikan awug kepada supir angkot, tukang becak, kusir delman, dll. Bentuk kepedulian yang dibungkus dengan keisengan.

Satu lagi yang saya tangkap selama membaca Drunken Marmut ini adalah cara berpikir Pidi yang out of the box. Cara berpikir yang tidak terdikte membuat sosok Pidi dalam buku ini seperti orang yang sangat bebas dan ekspresif. Sebenarnya sebelum menekuni drunken marmut, saya pernah membaca drunken monster setahun yang lalu. Tapi saat itu saya tidak mengerti di mana menariknya buku pertama serial drunken. Baru setelah membaca Hanya Salju dan Pisau Batu, buku duet Pidi Baiq dengan Happy Salma, saya memahami ‘kekacauan’ pola tingkah bapak dua anak ini.

Yah, cukup sekianlah ripiunya, baca saja bukunya, pasti lebih seru :D

Judul: Drunken Marmut
Penulis: Pidi Baiq
Penyunting: Ridwan Fauzy dan Encep Dulwahab
Penerbit: DAR Mizan
Cetak : Pertama, Agustus 2009
Tebal: 204 hlm

:: ingin buku seken/murah bermutu? mampir ke facebook Parcel Buku yuk! ::

Comments