Ibu, Dari Mana Aku Berasal?


Saat membaca judulnya saya teringat dengan buku “Seni Dialog Dengan Anak” terbitan Maghfirah. Keduanya berbicara tentang bagaimana sikap orang tua ketika anak-anak meluncurkan pertanyaan-pertanyaan “ajaib”nya. Tau sendiri kan keajaiban pertanyaan atau celotehan mereka yang sering kali out of the box. Menarik, tapi juga membuat deg-degan.

Namun, kedua buku ini berbeda. Perbedaannya terletak pada contoh kasus yang diambil oleh masing-masing penulis. Pada buku Seni Dialog Dengan Anak pembaca akan disuguhi contoh kasus berupa “misalnya”, maksudnya penulis hanya mengambil kasus tanpa melibatkan pengalaman pribadinya. Sedangkan kekuatan dari isi buku “Ibu, Dari Mana Aku Berasal?” adalah pada rangkaian pengalaman pribadi dari Lara Fridani dalam menghadapi ketiga putranya yang memiliki karakter beragam.

Sempat tinggal di Australia, dengan sistem pendidikan yang terbilang lebih memancing sang anak untuk mengolah daya pikir, membuat putra-putra dari Mbak Lara memiliki daya pikir yang kritis. Belum lagi, tinggal di negara yang minoritas Islam dan berseliwerannya pemandangan akan pergaulan tanpa batas, membuat pertanyaan-pertanyaan ‘berbahaya’ pun kerap terbit dari anak-anak dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Seperti ketika Zuhdy, anak keduanya yang saat itu berusia 5 tahun, menanggapi kebenaran Al-Qur’an dengan pernyataan, ‘Aku juga bisa menulis di kertas ‘ini benar dan sempurna’ kemudian mencetaknya jadi buku, dan tinggal diperbanyak!’ [h. 20]

Di dalam buku ini, penulis tidak selalu mencitrakan diri sebagai orang tua yang tahu segalanya, terkadang dia pun harus menunda-nunda jawaban dari sang anak karena membutuhkan jawaban yang tidak sembarangan seperti ketika ketiga putranya melakukan sidang kepada sang ibu dengan pertanyaan “Kita berasal dari sesuatu yang jorok ya, Mi?”

Salah satu penyikapan yang kerap dilakukan oleh penulis adalah tidak gegabah menanggapi pertanyaan anak-anak. Mencoba menanyai kembali tentang latar belakang munculnya pertanyaan merupakan tindakan yang sangat penting dilakukan orang tua, terutama untuk pertanyaan yang bisa dibilang “belum waktunya”.

Buku ini sangat menyenangkan dan menghibur tanpa meninggalkan sisi edukatif. Saya sangat menikmati membaca pengalaman-pengalaman penulis yang terkadang dirangkai dengan diskusinya sebagai dosen pendidikan anak di kelas mengajarnya. Bahkan beberapa kali saya bersama suami tertawa membaca celotehan ketiga putra dan bagaimana Lara Fridani memberikan tanggapan. Sungguh, ternyata sangat tidak mudah menghadapi anak-anak, dibutuhkan teknik, kesabaran, trik, dan konsistensi. Kenyataan inilah yang ingin disampaikan penulis.

Buku ini ditutup cantik dengan pembahasan tentang kekuatan doa. Ya, Bagaimana pun jumpalitannya kepala dan tindakan orang tua untuk memberikan pemahaman tentang berbagai hal, doa tetaplah menjadi senjata ampuh untuk tetap menjaga sang buah hati. Bukan kah doa orang tua untuk anaknya adalah salah satu ibadah yang mendapat ijabah?

Judul : Ibu, Dari Mana Aku Berasal?
Penulis : Lara Fridani
Editor : Kartika Trimarti
Penerbit : PT. Arga Publishing
Terbit : Cetakan kedua, Juli 2008
Tebal : 209 halaman

NB: Makasih banget untuk Mbak Nopi, udah minjemin buku yang keren ini ;)
kunjungi: http://parcelbuku.com

Comments

  1. sepertinya memang sulit menjawab pertanyaan anak yang seperti itu, apa yang dilakukan Mba Lala mungkin bisa jadi referensi.....

    ReplyDelete
  2. selamat pagi sobat, semoga suksess selalu bersama dengan anda kunjungan penuh kehangatan dan persahabatan... sambil menjelajah sambil berdo'a,

    ReplyDelete

Post a Comment

What Do You Things?