Tawa Ala Rasulullah

Rasulullah adalah sosok yang teramat jarang tertawa. Sebuah riwayat menyebutkan bahwa tawa adalah pengeraskan hati. Seperti yang disabdakan oleh beliau, “Janganlah kalian banyak tertawa, karena banyak tertawa itu mematikan hati.”

Selain itu tertawa yang berlebihan, termasuk di antara tiga perkara yang menyebabkan hati seorang menjadi bebal dan membatu. Sedangkan dua penyebab yang lainnya yaitu: belum lapar sudah makan lagi dan gemar omong kosong (bicara ke sana kemari yang tak berguna).

Namun, bukan berarti Rasulullah adalah sosok yang “dingin” karena beliau juga manusia yang bisa tertawa. Namun, jangan membayangkan tawa Rasulullah seperti yang sering kita lakukan, mulut terbuka lebar dengan suara yang meledak-ledak. Tawa beliau hanya membuka mulut sedikit hingga memperlihatkan giginya yang putih. Dalam salah satu hadits dari Aisyah “Aku belum pernah melihat Rasulullah terbahak-bahak hingga kelihatan lidahnya, namun beliau hanya tersenyum” (HR. Bukhori dan Muslim).

Seperti kehidupannya yang patut keteladanan, tawa “kecil”nya pun menyiratkan hikmah. Beliau tertawa dengan segala kerendahan hati dan tak pernah lepas dari renungan, seperti ketika melihat umatnya bahagia, saat becanda yang tidak terselip kebohongan, atau saat beliau melihat kejadian ghaib di sekitarnya. Salah satu kisah yang terbilang sangat mengena bagi saya adalah “Melakukan Semua Kebaikan Dalam Sehari”

Kala itu Rasulullah menanyakan kepada para sahabat, “adakah yang melakukan puasa hari ini?” Abu Bakar menjawab, “Saya, wahai Rasulullah.” Kemudian Rasulullah bertanya kembali tentang siapa yang hari ini mengunjungi orang sakit dan bersedekah. Keduanya pun telah dilakukan Abu Bakar ra hari itu. Rasulullah pun tertawa dan berkata, Demi Zat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, tidak seorang beriman pun yang melakukan semua ini dalam satu hari, kecuali dia akan masuk surga karenanya [h.125]

Jika diperkenankan untuk jujur, hampir sebagian besar alasan tawa Rasulullah sama sekali tidak saya pahami dan kebingungan dimana letak lucunya—apakah karena hati saya sudah bebal? Walaupun begitu, kembali lagi bahwa kisah kehidupan beliau memang senantiasa ‘bersahabat’ dengan kearifan dan tawa/ senyum beliau tidak pernah berlebihan.

Allah swt berfirman, "Maka hendaklah mereka sedikit tertawa dan banyak menangis sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan." (QS. At-Taubah:82)


Judul : Tawa Ala Rasulullah
Penulis : Abu Islam Ahmad bin ‘Ali
Penerbit : Nakhlah Pustaka

Terbit : Agustus 2008
Tebal : 180 halaman
Genre : Akhlak
ISBN : 9791026386

NB: Bagi yang tertarik membeli buku ini, bisa memesan pada saya dengan diskon 15%, atau dengan harga paket--- yang pasti lebih myurah :D

Comments

Post a Comment

What Do You Things?