Sejak munculnya Gajah Mada yang ditulis oleh Langit Kresna Hadi, genre fiksi sejarah Jawa membanjiri khasanah buku hingga saat ini dan sukses melegakan dahaga para pencinta cerita silat jaman dahulu. Salah satu kisah yang ikut bergulat dan memeriahkan dunia buku silat adalah karya dari pria kelahiran Sumedang, 16 Juni 1938, yang ikut memprakarsai terbentuknya Jurusan Teater di Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Bandung, Saini K.M.
Walaupun kemunculan buku seri Kesatria Hutan Larangan yang diterbitkan Bentang ini setelah Gajah Mada, ternyata buku ini sudah ditulis secara bersambung di harian Pikiran Rakyat pada tahun 70-an dengan judul Puragabaya. Selain itu, karya cerita silat yang berlatar sejarah kerajaan Sunda Pajajaran ini pernah dipentaskan dalam bentuk teater.
Secara garis besar buku ini mengisahkan tentang Pangeran Muda dari Kutabarang yang menempuh penggemblengan menjadi seorang puragabaya. Lulusan puragabaya nantinya akan bertugas untuk menjadi pengawal para pemimpin Pajajaran. Saat berumur sebelas tahun, dia dijemput oleh seorang guru yang juga puragabaya bernama Rakean. Tidak sembarang orang dapat menjadi calon puragabaya karena untuk mendapatkan sosok belia untuk ditempa di Padepokan Tajimalela, pendidik harus melakukan penyelidikan latar keluarga serta tabiat keseharian si calon.
Sebelum Pangeran Muda mengetahui keterpilihannya, dia Muda sempat melihat kematian sahabat sepermainannya, Raden Jamu yang pernah menjalani pelatihan sebagai calon puragabaya. Melihat kematian sahabatnya tersebut, Pangeran Muda menyadari bahwa pendidikan yang akan didapatkan di Padepokan Tajimalela bukanlah main-main dan nyawa adalah taruhannya.
Calon puragabaya akan gembleng menjadi manusia yang sangat langka, berkemampuan laksana binatang buas, sekaligus harus berbudi pekerti yang halus. Hal ini membuat para calon tidak hanya mendapat keahlian bertarung, namun juga pelajaran rohani yang langsung diberikan oleh Eyang Resi, sang pemimpin Padepokan. Di awal kedatangannya, Pangeran Muda tertinggal pelajaran. Beruntung Pangeran Muda mendapatkan teman baru, sekaligus teman sekamar, yang dengan rendah hati memberikan bantuan, Raden Jalak Sungsang atau Janur.
Sayang, Janur tidak dapat lebih lama mengikuti pelatihan karena kematian menghampirinya di salah satu tahapan menjadi puragabaya. Setelah ditinggal Janur, Pangeran Muda kemudian sekamar dengan Raden Jante Jalawuyung. Jante lah yang nantinya akan menjadi pusat konflik dari trilogi Kesatria Hutan Larangan, walaupun sosoknya hanya sering sekelabat saja dikisahkan.
Setelah melewati tahun ketiga, para calon puragabaya harus menjalani ‘praktek lapangan’ dengan mengirim mereka untuk mendampingi para pemimpin di Pajajaran. Sebelum berangkat ke Pakuan Pajajaran, Pangeran Muda diajak oleh Jante untuk mengunjungi rumahnya. Disinilah asmara mulai mewarnai kisah dalam buku setebal 394 halaman ini, antara Pangeran Muda dan Putri Yuta Inten, putri dari kerajaan Medang, yang tidak lain adalah adik dari Jante Jalawuyung.
Latar kehidupan Saini K.M yang diwarnai oleh dunia seni, dengan kampung yang selalu marak dengan kesenian, termasuk pencak silat, membuat beliau mampu mendeskripsikan gerakan-gerakan silat dengan sangat apik, dan dapat melayangkan imajinasi pembaca pada kehidupan masyarakat para jaman kerajaan Pajajaran. Selain itu, cara penulis yang dikenal sebagai penggiat sastra dan teater di Tanah Pasundan, dalam menuturkan ceritanya sangat mengalir, sehingga membuat proses membaca terasa nyaman, apalagi didukung dengan ‘kebersihan’ typo.
Konflik dalam buku ini terbilang tidak berkepanjangan. Konflik-konflik dalam buku ini dirasa hanya untuk memperkuat gambaran sosok seorang Puragabaya dan bagaimana mereka mengambil tindakan dalam menghadapi masalah. Konflik baru terasa ‘berat’ ketika tanpa sengaja Pangeran Muda membunuh Jante, yang nantinya akan berlanjut pada buku Seri kedua Kesatria Hutan Larangan; Raden Banyak Sumba, Bara Dendam Menuntut Balas.
Judul : Seri Kesatria Hutan Larangan; Pangeran Anggadipati, Darah dan Cinta di Kota Medang
Penulis : Saini K.M
Penyunting : Imam Risdiyanto
Penerbit : Bentang
Terbit : Agustus 2008
Tebal : viii + 394 halaman
Genre : Fiksi Sejarah
ISBN : 978-979-1227-28-5
Harga : Rp. 15.000 [di BookCity]
Wah, pengen baca fiksi sejarah.
ReplyDeleteBagus nih.
wah buku mengenai sejarah ya
ReplyDeletehihihi, aku kurang gitu minat di sejarah tapi sepertinya ini buku bagus
Novel silat berlatar kerajaan Pajajaran. Fakta sejarah nya belum tentu akurat.
ReplyDelete