Wo Ai Ni, Jangan Ekspor Cintaku

Jodoh. Satu kata yang sering menjadi misteri ketika keinginan menikah sudah mulai mencuat di benak. Dan tidak akan pernah ada yang tahu dengan pasti dari mana datangnya sosok yang bakal menjadi pasangan dalam melakukan mitsaqan-ghalizhan, perjanjian yang berat. Bisa di tempat yang sangaaaat jauh, juga bisa tiba-tiba udah berdiri di sebelah, yang ini bisa dikira jin. Bisa dengan cara yang gampang, atau harus jatuh-bangun, loncat sana-sini, nangis-nangis, pokoknya penuh perjuangan. Seperti halnya Achi TM, yang sebelum bertemu belahan jiwanya, harus melewati latihan semi militer di sebuah pelatihan bahasa Mandarin yang ternyata akan mengirimnya menjadi TKW.

Kisah penulis yang memang bercita-cita menjadi penulis sejak SD ini, dibungkus dalam bentuk otobiografi yang diplesetkan menjadi Personal Literature [PeLit] oleh Bukune. Pelit sendiri adalah salah satu “rubrik” berisikan topik yang membahas dan mengupas sisi kehidupan pribadi seseorang dalam bentuk komedi, bahkan ada gila—penjelasan ini dikutip dari http://bukune.com/. Dengan label tersebut catatan kehidupan pribadi seseorang menjadi lebih menarik dan tidak terkesan kaku.

Salah satu fase kehidupan Achi yang menjadi “korban” Pelit adalah pertemuannya dengan sang suami di tempat yang unik. Penulis yang sebelumnya telah menelurkan lima buku---Himitsu: Rahasia Kado 17 Tahun, Penaku Sebintang, Quly Girl, Bisikan Sahabat, dan yang terbaru, Chaos Chambell---mengawali cerita dari kepedihannya melihat masa depan. Bagaimana tidak bersedih, ketika di depannya terpampang kata pengangguran setelah tigabelas kali menerima penolakan kerja, akibat wawancaranya yang dijawab dengan "polos". Kondisi yang terjepit ini membuatnya bersedia menerima tawaran untuk mengikuti pelatihan Bahasa Mandarin untuk aktivis Karang Taruna.

Setelah melewati perijinan orang tua, berangkatlah Achi bersama kontingen dari Jawa Barat. Hah? Kontingen? Iye, karena di sana tidak hanya berisi orang Jawa, tetapi juga manusia-manusia dari Sabang hingga Merauke, campur aduk jadi satu. Bukan hanya puluhan, tetapi ratusan orang dan kekacauan pun hanya tinggal menunggu waktu. Tidak perlu menunggu lama untuk melihat kekacauan, karena pembagian barak di awal kedatangan ternyata memancing perkelahian antara kontingen dari Riau dengan Jawa Barat. Fuh! Kehidupan berasrama memang selalu dipenuhi dengan berbagai konflik. Tidak hanya terjadi di awal perjumpaan tetapi susul-menyusul selama tiga bulan masa pelatihan. Sistem pendidikan yang menerapkan semi militer—dengan alasan supaya kelak ketika menjadi TKW tidak malas-malasan---membuat rutinitas mereka berjalan sangat disiplin, yang kerap harus mengelus dada melihat hukuman-hukuman yang selalu ditimpakan bagi para pelanggar.

Terus hubungannya dengan jodoh? Ya, di balik segala perjuangan berhadapan dengan kedisiplinan dan segala konfliks, terselip kisah cinta yang juga menjadi problematika yang memenuhi keseharian Achi di asrama. Targetnya untuk menikah di usia muda cukup meresahkan kepalanya. Sejak awal masuk pelatihan, dia merasa tersisih sekaligus minder dengan postur tubuhnya untuk masalah yang satu ini. Melihat teman-teman ceweknya telah memperoleh pasangan, dia merasa dirinya begitu nelangsa. Sekali waktu, pernah teman-temannya begitu heboh memanggilnya Ujang, sampai-sampai mereka menciptakan Tepuk Ujang setiap bertemu dengan Achi. Anehnya, selama julukan itu berkumandang Achi tetap tidak tahu, mana yang bernama Ujang. Di sisi lain, saat itu Achi sedang menaruh hati pada pria yang pertama kali dijumpainya sedang mengaji di mushola. Kebat-kebit hati memenuhi kisah cinta penulis yang juga mengurus taman bacaan dan kursus menulis bernama Rumah Pena.

Buku ber-genre komedi ini, ceritanya mengalir dengan gaya yang sedikit meletup-letup dan dibumbui komentar-komentar kecil. Tetapi ada sedikit ketidak-nyamanan ketika tenggelam dalam buku ini, yaitu saat menemukan beberapa kali typo, dan diharapkan pada cetakan kedua [AMIN] ada pembenahan untuk permasalahan yang satu ini.

Berlatar belakang pelatihan bahasa Mandarin, membuat buku yang bersampul eye catching ini, tidak sekadar berisikan kehidupan Achi, tetapi juga terselip beberapa kosa kata Mandarin saat bercerita tentang materi pembelajaran. Selipan-selipan ini kurang lebih bisa sedikit memberi tambahan pengetahuan, terutama jika kau ditanya oleh turis mandarin, bisa langsung dijawab dengan "Wo bu zhidao", saya tidak tahu. Eh tapi ingat, jangan katakan kalimat itu jika si turis bertanya "Wo jiao shenme mingzi?". Kenapa? karena arti kalimat tersebut adalah siapa nama kamu?

Judul : Wo Ai Ni, Jangan Ekspor Cintaku
Penulis : Achi TM
Penerbit : Bukune
Tahun : 2009
Genre : Otobiografi
Tebal : 366 halaman
ISBN : 978-602-8066-44-0

kunjungi: http://wisata-buku.com

Comments

  1. Aku baru kenal istilah Pelit disini mbak... ^_^

    ReplyDelete
  2. Oke deh aku ingat-2 : Wo bu zhidao

    ReplyDelete
  3. kamu tu emang kutu buku yah...

    ReplyDelete
  4. Wah, ada referensi baru nih
    asiiik...ntar hunting di toko buku
    hihi...thanks ya

    ReplyDelete
  5. Lebih menarik ada filmnya...
    Salam kenal sob...

    ReplyDelete
  6. Blog penikmat buku...isinya tentang liputan buku semua...mantab deh...

    ReplyDelete
  7. wah, keren Shin. Seperti biasa, *pinjem donkkkkk*

    ReplyDelete
  8. wah,,di sini buku semua mantap2 lagi..

    ReplyDelete
  9. jadi tau ada situs bukune nih... salam mampir kembali

    ReplyDelete
  10. buat yang mau belajar mandarin setidaknya buku ini cukup membantu

    ReplyDelete
  11. sagescoo [url=http://fashionvuittonsxoutletstores.webnode.com/]new authentic louis vuitton handbags[/url] awkqymork authentic louis vuitton handbags for cheap jbegofsc http://fashionvuittonsxoutletstores.webnode.com/

    ReplyDelete
  12. hwlnumfb [url=http://fashionvuittonsxoutletstores.webnode.com/]louis vuitton authentic outlet[/url] hjmcwypzo authentic louis vuitton handbags outlet wwutmnpf http://fashionvuittonsxoutletstores.webnode.com/

    ReplyDelete

Post a Comment

What Do You Things?