Benturan Tradisi Dalam Pernikahan


Biro Jodoh Khusus Kaum Elite adalah jasa yang dirintis Mr. Ali setelah menjadi pensiunan pegawai negeri. India, sebuah negara yang masih menggenggam erat budaya tradisional dalam hal pernikahan dan memilih pasangan hidup, mendatangkan keuntungan sekaligus mengembangkan biro jasa Mr. Ali dengan pesat. Tidak ada kemudahan tanpa bersanding dengan kesulitan. Walaupun proses dan metode pencarian jodoh yang dilakukan Mr. Ali cukup mudah, tetapi kesulitan akan muncul ketika tugas mencarikan atau mencocokkan berbagai formulir yang berisikan data, kriteria dan foto, dipertemukan dengan klien, apalagi yang suka pilih-pilih.

“……Mengapa orang-orang harus menentukan syarat yang rumit? Mengapa mereka tidak mau berkompromi?” [hal 201]

Sebuah pertanyaan dilontarkan Aruna kepada Mr. Ali saat sebelumnya melihat salah satu klien mereka bersikukuh dengan syarat yang diajukan. Kerumitan ini tidak hanya terjadi pada satu orang tapi juga didapat dari banyak klien, dengan syarat-syarat muluknya dalam mencari pasangan yang diinginkan. Postur tubuh yang sempurna, mas kawin dengan nilai teramat besar, pekerjaan yang mapan, keluarga yang terhormat dan masih banyak lagi.

Di antara beragam persyaratan yang rumit, mas kawin dan kasta adalah syarat yang sering menimbulkan banyak masalah. Sudah menjadi tradisi India, bahwa perempuan lah yang mengajukan lamaran dan “membeli” laki-laki dengan mas kawin dengan nilai yang kerap tidak masuk akal. Perlu juga diketahui dalam tradisi India, biaya yang harus dikeluarkan perempuan tidak hanya saat menyerahkan mas kawin, tetapi juga biaya acara penikahan, dan jika perempuan tersebut hamil, maka yang menanggung biayanya adalah keluarga pihak perempuan. Kenyataan ini seringkali membuat para orang tua yang memiliki anak perempuan akan berusaha mati-matian mengumpulkan uang bahkan ketika anaknya masih kecil.

Permasalahan mas kawin ini juga menimpa diri Aruna, sebagai gadis dengan usia yang sudah sepatutnya menikah. Beberapa kali bertemu dengan calon yang dibawa pamannya, kesemuanya berbenturan dengan masalah mas kawin. Kondisi ayahnya yang hanya pensiunan guru dengan uang pensiunan yang hanya dibayar separuh, membuat posisi Aruna secara tidak langsung menjadi tulang punggung keluarga. Kondisi yang membuatnya harus meredam perasaan dan keinginannya untuk menikah.

Dengan penduduk yang didominasi umat hindu, kasta menjadi sesuatu yang teramat penting. Pernikahan dalam komunitas India harus dilakukan dalam satu kasta. Dalam masyarakat India terdapat empat kasta yang tersusun atas Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra. Jika seorang dengan kasta tinggi menikah dengan kasta yang lebih rendah maka yang didapat adalah celaan dari masyarakat, dan ini tidak hanya kepada pelaku, tetapi juga keluarga mereka.

Di bagian awal cerita dalam buku yang menjadi novel perdana dari Farahad Zama ini, sempat berjalan dengan alur yang monoton, klien mencari jodoh, mendaftar sebagai anggota, membayar 500 rupee, pergi, muncul klien berikutnya dan seterusnya. Hingga masuk 150-an halaman, kasus Irshad membuat plot cerita lebih menarik. Irshad, pemuda muslim ini mengalami kesulitan dalam pencarian jodoh, walaupun Mr. Ali telah memberikan daftar kandidat yang berpotensi. Dari sinilah peran Mr. Ali tidak lagi hanya sekadar menjadi mak comblang, tetapi juga orang yang dapat diandalkan dengan kecerdikan yang didapat dari pengalaman dan gerak gesit dalam berkomunikasi dengan berbagai kliennya. Berbekal pengalaman hidupnya bersama Mrs. Ali, Mr. Ali kerap memberikan nasihat-nasihat pernikahan yang terselip dalam dialog-dialog dengan para klien atau Aruna.

“Banyak orang yang menilai bahwa anak-anak perempuan mereka akan bahagia jika bersuamikan pejabat kaya atau insinyur software dari California. Itu keliru. Kau membutuhkan pria berkepribadian baik yang akan menghormati istrinya. Jika memperoleh lelaki seperti itu, wanita mana pun akan bahagia meski keuangan pas-pasan. Kalau suami pulang dalam keadaan mabuk atau melirik perempuan lain, tak peduli mereka tinggal di rumah besar dengan banyak pembantu, si wanita akan sengsara.” [hal 203]

Ide cerita dalam novel bergenre asian-fiction dan telah memenangkan Melissa Nathan Award for Comedy and Romance ini terbilang unik, karena tema biro jodoh ataupun jasa pencarian jodoh sejauh ini masih didominasi oleh nonfiksi. Sehingga penyampaian dalam bentuk novel membuat tips-tips dan nasihat pernikahan tidak terkesan menggurui dan terlalu teoritis karena balutan cerita yang mengalir.

Walaupun biro jodoh merupakan “menu” utama dalam kisah, tetapi penulis kelahiran 1966 ini juga menyindir berbagai masalah politik, sosial dan ekonomi di India. Seperti permasalahan diskriminasi pada perempuan, problem ini menjadi sorotan bagi Farahad ketika melihat kebiasaan masyarakat India yang kerap menyudutkan perempuan jika terjadi musibah dalam rumah tangganya.

Tidak hanya mengkritisi masalah rumah tangga, Penulis yang telah meraih gelar master dalam bidang teknik eletro ini, juga memprotes masalah penguasa yang tak juga berkesudahan menindas rakyat kecil. Lewat tokoh Rehman, anak lelaki Mr. Ali, penulis menciptakan sosok aktivis-idealis yang peduli pada rakyat kecil. Unjuk rasa yang dipimpin oleh Rehman di Royyapalem dilakukan untuk memperjuangkan lahan pertanian petani kecil yang akan diubah menjadi wilayah ekonomi khusus oleh perusahaan Korea. Tanpa peduli tindakan yang akan diambil pemerintah, Rehman bersama kawan-kawannya terus melakukan aksi demo. Akibat sikap keras kepala anaknya, Mr dan Mrs. Ali harus berurusan dengan kepolisian dan harus menekan kesedihan melihat kondisi putra semata wayangnya.

Terbitan M-Pop, yang merupakan lini dari Penerbit Matahati ini, diterjemahkan dengan cukup apik. Alih bahasa dari naskah berbahasa Inggris, tidak membuat pembaca kebingungan dalam memainkan imajinasi. Namun, di balik kemulusan terjemah terdapat juga typo dan beberapa kata asing yang tidak diberi penjelasan.

Berbagai kondisi di India yang digambarkan Farahad Zama, memiliki kemiripan dengan Indonesia. Selain sama-sama sebagai negara berkembang, ternyata India dan Indonesia juga memiliki kesamaan dalam kerumitan dalam masalah pernikahan. Tak dipungkiri bahwa ada sebagian masyarakat Indonesia yang masih memegang erat tradisi leluhur, seperti pernikahan satu suku. Belum lagi, persyaratan mas kawin yang di luar kemampuan, kemudian berbagai prosesi adat dalam pernikahan yang tidak boleh terlewatkan, atau perhelatan pernikahan yang glamor demi mempertahankan gengsi, tanpa pertimbangan masalah keuangan. Hal-hal seperti itulah yang sering membuat para single memilih untuk menunda pernikahan.

Judul : The Marriage Bureau for Rich People-Biro Jodoh Khusus Kaum Elite
Penulis : Farahad Zama
Penerjemah : Rini Nurul Badariah
Penerbit : M-Pop
Tahun : Januari 2010
Genre : Komedi-Romantis
Tebal : 456 halaman
Harga : Rp. 56.000,-
ISBN : 978-979-29-0747-6

Comments

  1. PERNIKAHAN ADALAH HAL YANG SAKRAL. KENAPA MAU MENIKAH AJA DIBIKIN RUMIT. HARUS DI GEDUNG LAH, MAS KAWIN INILAH, SYARAT ITULAH, PROSESI INI DAN ITU. YANG PENTING KHAN NIATNYA DAN SAHNYA.

    ReplyDelete
  2. assalamu'alaikum Sinta. Sama, sayapun lama tak mampir ke rumah buku ini.

    mau baca-baca dulu

    ReplyDelete
  3. Review yang mantap, Sinta.
    Jodoh, secara universal, memang membutuhkan kesesuaian (kafa'ah dalam Islam) antar si pelaku, dan yang membuat perjodohan itu menjadi rumit adalah latar belakang budaya itu sendiri.
    Novelnya tebal juga ya, tapi kok gak ada harganya?

    ReplyDelete
  4. satu lagi cerita tentang pernikahan. kayaknya menarik ya mbak. apalagi karena ceritanya dari kaum elite (soalnya kan kalo ceritanya tentang orang biasa kan ga seru)

    ReplyDelete
  5. Ninggalin alamat blog shasa dulu sebelum baca-2 dan komen :
    http://shasaimutz.blogspot.com/2010/02/otak-atik-photoscape.html

    ReplyDelete
  6. Wah, ceritanya bagus juga. Ternyata India tak beda dg Indonesia ya..?
    Ada banyak 'syarat' yang diberlakukan untuk meminang seseorang. LEbih rumit lagi karena menyangkut masalah kasta segala macam. Repotnya.....

    ReplyDelete
  7. emmm rajinya baca buku ....
    wah bagus2 aku pengen baca nieh hehhehee
    tapi sudha di ringkas jadi paham dan penasaran....

    ReplyDelete
  8. kayaknya menarik juga baca buku yg berbackground budaya India ya...

    ReplyDelete
  9. sing penting kawin,nikahe emboh,hahahahaa

    ReplyDelete
  10. Sintaaa...ada tag buat kamu. Tentang buku juga nih. Kalo mau ngerjain, silakan diambil ya..

    ReplyDelete
  11. nice nice nice...
    kunjungan pertamax,, salam kenal ja dulu ..

    :D

    ReplyDelete
  12. Mbak.., makasih udah bantu doa buat Shasa

    ReplyDelete
  13. saia ketinggalan, hikz....beli bukunya nunggu diskonan di IBF 2010 aja ah...hehehehe....:)

    reviu-nya keren....bikin pengen punya bukunya....

    ReplyDelete
  14. salam sobat
    wah buku ini ceritanya penuh dengan masalah rumah tangga,,
    saluut banget dengan penulisnya yg telah meraih gelar masternya dalam bidang teknik elektro ini.
    apa kabar mba..?

    ReplyDelete
  15. Resensi yang bagus sekali :)
    Salam kenal dulu ah..

    ReplyDelete
  16. unik!
    harus masukin ke dalam daftar booklist ni..

    silakan kunjungi blog buku saya juga, terima kasih.. :)

    ReplyDelete
  17. aku suka buku ini. kalo dari beberapa buku yang aku baca, masalah pernikahan di India, masalah kasta dibuat dalam bentuk novel yang mendayu-dayu dan menguras air mata, tapi yang satu ini, malah jadi kocak. kaya'nya si penulis pengen 'mentertawakan' sendiri adat istiadat-nya yang ribet.

    ReplyDelete
  18. bukunya available dimana???toko buku ato lewat online???

    ReplyDelete

Post a Comment

What Do You Things?