Kehidupan di pintu kulkas.
Saat ini SMS, atau e-mail, atau facebook, sudah menjadi hal yang lumrah untuk dijadikan alat komunikasi. Tetapi bagaimana dengan komunikasi lewat pintu kulkas? Aneh, Unik, Tak terpikirkan. Itulah sarana yang digunakan Claire dan ibunya, Mom, untuk menjalin komunikasi sehari-hari, lewat pesan-pesan yang ditempel di kulkas. Mom adalah orang tua tunggal yang kesehariannya disibukkan dengan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Profesinya sebagai dokter kandungan membuatnya tidak bisa sering-sering bertatap-muka dengan Claire, selain itu dia juga tidak memiliki hp—dengan alasan yang tidak jelas.
Lewat lembaran notes, Claire menceritakan sekolah, cinta dan protes atas minimnya intersitas pertemuan mereka, sedangkan Mom menyampaikan kelahiran bayi-bayi kembar, daftar-daftar belanja serta pekerjaan rumah yang tidak terselesaikan. Pertengkaran di antara mereka benar-benar tidak dapat dihindarkan. Walaupun hanya lewat tulisan, berkali-kali Claire memprotes kesibukan Mom yang tidak berkesudahan.
Sampai ketika Mom divonis terkena kanker payudara. Rasa bersalah, kekecewaan, kesedihan, perhatian, kerinduan, disampaikan Claire masih lewat pesan-tempel di kulkas. Pertemuan mereka masih minim, tapi kali ini bukan karena kesibukan kerja, tetapi karena Mom yang harus sering istirahat, atau Mom yang harus pergi melakukan kemoterapi, ditambah sibuknya Claire dengan aktivitas sekolah. Walaupun hanya lewat kertas, Claire memberi dukungan untuk Mom yang mulai terpuruk dengan kondisinya,
“….kita bisa berdiri di tepi air dan memandang matahari terbenam. Akan kugenggam terus tanganmu melewati semua ini, Mom…” [hal 145]
Kondisi fisiknya yang semakin menurun menyebabkan Mom merasa bersalah, seakan harus melimpahkan beban hidup kepada putrinya. Bahkan pertanyaan-pertanyaan mulai memenuhi kepala Mom,
“Aku tahu Gina memang membantuku, tetapi sebenarnya kau begitu banyak mendukungku, dan aku bertanya-tanya apakah aku telah cukup mendukungmu di masa lalu” [hal 202]
Pesan-tempel di kulkas semakin mendekatkan mereka, membuat Claire semakin dewasa dan berusaha tabah demi Mom, Alice Kuipers, sang penulis menyampaikan cinta lewat sarana yang sangat sederhana, yang sejauh ini mungkin hanya dipandang sambil lalu. Ide segar yang membuat saya melihat “kehidupan” lewat perasaan masing- masing tokoh saat menuliskan pesannya. Tapi buku ini bisa dikatakan boros kertas, setiap pesan ditulis dalam satu halaman, bahkan jika pesan itu hanya disampaikan dalam dua kata.
Judul Buku : Kehidupan di Pintu Kulkas
Penulis: Alice Kuipers
Penerjemah: Rosi L. Simamora
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Kedua, Maret 2009
Tebal Buku: 233 halaman
Harga: Rp. 27.000
jaaaahhhh aq udah beli buku ini satu bulan yang lalu..... dan aq suka serasa membaca notes2 dech..... ^^
ReplyDeleteWah, berarti jangan beli deh, harga dan isi kayaknya ga sebanding. Sin, sekarang jd suka Chiklit dan Teenlit ya?
ReplyDeletetak kirain mau cerita tentang docomo.. hehehehe... ternyata nyeritain isi buku to,... nice sharing... bikin pengen langsung beli bukunya...
ReplyDeletekeknya bagus ya...
ReplyDeletehihihi, tapi belom pernah liat di gramed
*apa aku yg jarang ke gramed*
Wah...sebuah cara berkomunikasi yang memang unik, tapi barangkali yang bisa dipetik dari cerita pada buku itu bahwa betapa pentingnya komunikasi antara anak dengan orang tua. Betul ngga mba ?
ReplyDelete