Tulisan ini pernah dipost di blog Mbak Fanda, yang kali itu sedang merayakan tulisannya yang ke-100 dan berbaik hati mengundangkanku sebagai guest writer. *makasih Mbak Fanda*
Kenapa aku post ulang tulisan ini? karena baru-baru ini Indonesia kehilangan LAGI sejarah dan budayanya. Museum Radya Pusaka, sebuah museum tertua nomor dua di Indonesia ini, kehilangan 61 naskah kuno Ronggowarsito!! Untuk lebih lengkapnya bisa dibaca di sini.
Sebuah fenomena yang menunjukkan bahwa bangsa ini semakin tak menghargai sejarah dan budaya yang merupakan identitas bangsa. Miris!!
Semoga tulisan ini kembali mampu mengingatkan kita betapa pentingnya, sejarah dan budaya bangsa, yang terukir dalam sebuah buku
Kenapa aku post ulang tulisan ini? karena baru-baru ini Indonesia kehilangan LAGI sejarah dan budayanya. Museum Radya Pusaka, sebuah museum tertua nomor dua di Indonesia ini, kehilangan 61 naskah kuno Ronggowarsito!! Untuk lebih lengkapnya bisa dibaca di sini.
Sebuah fenomena yang menunjukkan bahwa bangsa ini semakin tak menghargai sejarah dan budaya yang merupakan identitas bangsa. Miris!!
Semoga tulisan ini kembali mampu mengingatkan kita betapa pentingnya, sejarah dan budaya bangsa, yang terukir dalam sebuah buku
***
Jika ingin menghancurkan sebuah bangsa dan peradaban, hancurkan buku-bukunya; maka pastilah bangsa itu akan musnah.'' Milan Kundera_Novelis Ceko
Saya begitu tertohok saat membaca tulisan Pak Muhidin M Dahlan yang berjudul "Ayo, Hancurkan Majapahit!" Beberapa bulan kemarin saya sering membaca tentang kasus "ketidak-sengajaan" pemerintah menghancurkan situs bersejarah, hanya karena ingin membangun PIM [Pusat Informasi Majapahit] atau Trowulan Information Centre. Dan untuk para pengamat kebudayaan dan sejarah, kasus yang ramai ini sangat menginjak-injak sejarah. Kejadian ini berakhir dengan permohonan maaf dari pemerintah disertai pemindahan lokasi PIM. Tapi sayang beberapa situs sempat hancur.
Tapi bukan masalah happy ending ini yang ingin saya ungkapkan. Tapi tentang ulasan Pak Muhidin yang membuat saya melihat sisi lain dari "keramaian" yang muncul akibat kelalaian pemerintah. Bahwa masalah hancurnya sejarah tidak hanya dikarenakan hilang ataupun hancurnya sebuah situs bersejarah, namun juga karena mulai lalainya kita dengan aset sejarah bernama buku.
Penghancuran ingatan atas warisan (cerita) Majapahit itu toh sudah berlangsung dengan sangat lama, sistematis, dan halus. Dan itu dilakukan pemerintah yang dibantu sikap bisu masyarakat (terpelajar) Mojokerto sendiri._muhidin m dahlan
Sedikit kutipan di atas, adalah sindiran pak Muhidin atas terbengkalainya buku-buku penyimpan sejarah saat beliau melakukan perjalanan ke beberapa perpustakaan di Mojokerto.
Hanya satu buku tentang sejarah Kota Mojokerto di sini dengan tampang yang memelas: Sejarah Mojokerto, Sebuah Pendekatan Administratif dan Sosial Budaya. Buku yang disusun Tim Penulisan Sejarah Kabupaten Mojokerto pada 1993 itu tampak kusam. Selain karena ''ketuaan'', juga barangkali tak ada yang menjamahnya. Bayangkan, untuk menjaga warisan sejarah besar Majapahit dengan armada maritim yang demikian tangguh di masa silam itu, perpustakaan kabupaten ini cukup mempercayakannya pada satu buku itu!_muhidin m dahlan
Sedih? Ya, Tertohok? Sangat. Saya pribadi sebagai generasi muda, jujur tak terlalu mengetahui sejarah Majapahit, sejarah hebat salah satu kerajaan terbesar yang sempat termasyhur ke telinga dunia.
Senyum kecut menghiasi bibir saat saya mencoba mengingat kembali pelajaran sejarah ketika sekolah dulu. Hasilnya? benar-benar telah terkelupas. Dan sekarang apa yang saya butuhkan untuk mengingatnya kembali? Buku atau catatan. Buku yang mampu menggali segala sejarah yang sempat tertimbun di kepalaku.
Ya, aku membutuhkan pengingat dan salah satunya dari buku. Bukan sekedar candi, stupa ataupun keris tapi buku, sesuatu yang lebih dapat berbicara banyak. Tapi realita saat ini adalah “penyimpan sejarah” mulai hangus, memory pun mulai habis. Saat memory habis, tak ayal sejarah pun perlahan musnah. Dan yang tak bisa dipungkiri, manusia pun akan kehilangan guru kehidupan.
Sejarah adalah guru kehidupan. Sosoknya yang usang justru kerap memberi ilham pencerahan. Pembacaaan atas sejarah dapat mempertemukan manusia dengan segenap kearifan. Pada titik paling spektakuler, sejarah yang terangkum dalam karya Ilahiah bernama kitab suci, bahkan mampu mengantarkan manusia tunduk di haribaan Tuhannya atas nama keimanan_ Gajahmada: Langit Kresna Hariadi
Jika ingin menghancurkan sebuah bangsa dan peradaban, hancurkan buku-bukunya; maka pastilah bangsa itu akan musnah.'' Milan Kundera_Novelis Ceko
Saya begitu tertohok saat membaca tulisan Pak Muhidin M Dahlan yang berjudul "Ayo, Hancurkan Majapahit!" Beberapa bulan kemarin saya sering membaca tentang kasus "ketidak-sengajaan" pemerintah menghancurkan situs bersejarah, hanya karena ingin membangun PIM [Pusat Informasi Majapahit] atau Trowulan Information Centre. Dan untuk para pengamat kebudayaan dan sejarah, kasus yang ramai ini sangat menginjak-injak sejarah. Kejadian ini berakhir dengan permohonan maaf dari pemerintah disertai pemindahan lokasi PIM. Tapi sayang beberapa situs sempat hancur.
Tapi bukan masalah happy ending ini yang ingin saya ungkapkan. Tapi tentang ulasan Pak Muhidin yang membuat saya melihat sisi lain dari "keramaian" yang muncul akibat kelalaian pemerintah. Bahwa masalah hancurnya sejarah tidak hanya dikarenakan hilang ataupun hancurnya sebuah situs bersejarah, namun juga karena mulai lalainya kita dengan aset sejarah bernama buku.
Penghancuran ingatan atas warisan (cerita) Majapahit itu toh sudah berlangsung dengan sangat lama, sistematis, dan halus. Dan itu dilakukan pemerintah yang dibantu sikap bisu masyarakat (terpelajar) Mojokerto sendiri._muhidin m dahlan
Sedikit kutipan di atas, adalah sindiran pak Muhidin atas terbengkalainya buku-buku penyimpan sejarah saat beliau melakukan perjalanan ke beberapa perpustakaan di Mojokerto.
Hanya satu buku tentang sejarah Kota Mojokerto di sini dengan tampang yang memelas: Sejarah Mojokerto, Sebuah Pendekatan Administratif dan Sosial Budaya. Buku yang disusun Tim Penulisan Sejarah Kabupaten Mojokerto pada 1993 itu tampak kusam. Selain karena ''ketuaan'', juga barangkali tak ada yang menjamahnya. Bayangkan, untuk menjaga warisan sejarah besar Majapahit dengan armada maritim yang demikian tangguh di masa silam itu, perpustakaan kabupaten ini cukup mempercayakannya pada satu buku itu!_muhidin m dahlan
Sedih? Ya, Tertohok? Sangat. Saya pribadi sebagai generasi muda, jujur tak terlalu mengetahui sejarah Majapahit, sejarah hebat salah satu kerajaan terbesar yang sempat termasyhur ke telinga dunia.
Senyum kecut menghiasi bibir saat saya mencoba mengingat kembali pelajaran sejarah ketika sekolah dulu. Hasilnya? benar-benar telah terkelupas. Dan sekarang apa yang saya butuhkan untuk mengingatnya kembali? Buku atau catatan. Buku yang mampu menggali segala sejarah yang sempat tertimbun di kepalaku.
Ya, aku membutuhkan pengingat dan salah satunya dari buku. Bukan sekedar candi, stupa ataupun keris tapi buku, sesuatu yang lebih dapat berbicara banyak. Tapi realita saat ini adalah “penyimpan sejarah” mulai hangus, memory pun mulai habis. Saat memory habis, tak ayal sejarah pun perlahan musnah. Dan yang tak bisa dipungkiri, manusia pun akan kehilangan guru kehidupan.
Sejarah adalah guru kehidupan. Sosoknya yang usang justru kerap memberi ilham pencerahan. Pembacaaan atas sejarah dapat mempertemukan manusia dengan segenap kearifan. Pada titik paling spektakuler, sejarah yang terangkum dalam karya Ilahiah bernama kitab suci, bahkan mampu mengantarkan manusia tunduk di haribaan Tuhannya atas nama keimanan_ Gajahmada: Langit Kresna Hariadi
yah, kita harus mempertahankan budaya kita.
ReplyDeletepemgalaman guru yang baik....
ReplyDeletebuku adalah sumber ilmu kedua setelah pengalaman...
ReplyDeleteihhh..kesel kesel...pemerintah bikin kesel aja..nanti dh ada yg klaim baru uring2an. iiihhhhhhhhhhhhhhhhhh...kesel
ReplyDeletemo diapa..itulah potret pemimpin kita dududzz
ReplyDeleteBuku selain sebagai gudang ilmu juga sebagai catatan penting dari sejarah kehidupan manusia. Jadi alangkah sayangnya jika buku tidak dipelihara dengan baik.
ReplyDeletegenerasi muda harus mampu melestarikan sejarah bangsa end yang tua tu juga jangan bosan memberi pengetahuan sejarah pada yang muda.kan jadi seimbang
ReplyDeletewaduh buku2 itu pada kemana sih, nanti di claim negara lain jadi nyesel
ReplyDeletewah memang negara ini benar2 negara "saya" mba, bukan negara "kita" :(
iya,,budayakan membaca sejak dini!!!
ReplyDeleteHarus diakui, 90% buku itu hanya ada di murid dan mahasiswa.
ReplyDeleteCara paling gampang kita tengoklah di rumah kita sendiri.
Berapa buku yang tipe buku pelajaran sekolah, dan berapa buku yang bukan buku sekolah.
Bahkan saya yakin seyakin2nya, banyak keluarga yang di rumahnya cuman ada buku pelajaran dowang...
ngerasa kesindir membaca postingan kamu kali ini. ak guru juga jarang banget baca2 buku bersejarah... sama sedihnya saat ada bahkan muridku yang ga tau candi borobudur letaknya dmana... semakin terkikis rasanya nilai2 budaya ..
ReplyDeletehiks.. jadi cambukan buat memperdalam lagi ilmu tentang budaya... thanks kawan
Ada yang mengatakan semakin tebal buku itu semakin berharga nilai sejarahnya dan semakin mahal tuuh buku akan terasa sulit untuk mendapatkannya dengan duit,, apa benar demikian??
ReplyDeleteHancurkan buku maka gelaplah dunia, karena buku kan jendela dunia ;)
ReplyDeleteaku juga jengkeeellll... walopun aku nggak suka baca buku tapi kalo masalah buku sejarah dan dokumenter aku suka banget...
ReplyDeleteAduh sayang bangett......semoga ke depannya tidak terjadi lagi...
ReplyDeletePerkembangan suatu bangsa dapat dilihat dari literatur yang telah merka hasilkan...
kalo gini, khan trenyuh sebagai orang Indonesia..
Mari kita budayakan menulis
ReplyDeletekarena kemajuan jaman dan kemodernan sampe2 kita melupakan budaya kita.... membaca adalah budaya terindah loh, dg membaca buku kita bisa mendapatkan pelajaran... nah kalau sampe dihancurkan berarti kita semua akan bodoh.... tidak boleh hal itu terjadi, mari galakkan budaya membaca dan menulis....
ReplyDeletebuku adalah ilmu pengetahuan, menghancurkan buku=menghancurkan ilmu pengetahuan
ReplyDeleteSekrg kok lg musim reposting artikel ya? btw, salut dgn kecintaanmu yg besar pada buku
ReplyDeletetul-tul,se7 aku,
ReplyDeleteLama2 bangsa ini kehilangan sejarahnya sendiri dan orang luar bisa jadi nanti lebih tau sejarah kita daripada kita sendiri... truss di acak2 dah sejarah kita (bangsa indonesia) sama orang luar...secara kita sendiri tidak menjaga alias acuh tak acuh... huftt...
ReplyDeletemaluuu deeehhh, gak kenal sejarah sendiri...
ReplyDeletemana nama museum itu baru denger... ya ampuun...
thanks yaaa teteh sinta yg baikkk udah ngulas ini...
hmmm ... bener banget, mbak shinta. buku2 berharga yang lenyap bisa menghancurkan sebuah peradaban. ini perlu menjadi "warning" buat para pengambil kebijakan agar serius menyelamatkan buku2 berkadar sejarah tinggi. jangan sampai diambil orang hingga akhirnya bangsa kita kehilangan nilai2 kearifan.
ReplyDeletenasib deh
ReplyDeletebuku kuno melayu di tanjung pinang juga diembat org kaya dari negara tetangga
ayo kita brlomba bangun bangsa kita.
ReplyDeleteGilaaa...
ReplyDeletenasib sebuah bangsa dapat ditentukan oleh lembaran kertas bertulis.
Hufh...
mungkin bisa dikatakan,
tinggalkan al-qur'an, musnahkan dunia.
ya kan??
:D
Buku-buku karya sastra bugis banyak diembat orang Belande shint...
ReplyDeletemakanya mungkin sekarang lebih baik kalau dalam bentuk softcopy yah?
Turut prihatin
ReplyDeletebener juga yak??
ReplyDeletengancurin bangsa hanya dengan buku,
ckckc
ajib sob.
sekalian,
ada yang baru di tempatku koment yak!!
MHUAHAHAHAHAHHAHA (PAKE CAPSLOCK BUKAN SHIFT!)
Yah... kayaknya bangsa ini memang hanya bisa memakai tanpa pernah berusaha untuk merawat...
ReplyDeletesip,,,,budaya ditentukan dari membaca dan menulis..
ReplyDeletesep sep sep
Shintaaaaaaa......... :) halah, ko teriak2 sih? gak sopan :D
ReplyDeleteup date lagi dunk....
Sin, amazon punya produk buku digital gitu.. namanya kindle, bisa muat beratus2 buku, jadi klo pergi2 ga usah bawa buku berat2 cukup bawa kindle aja.. tapi harganya masih mahal euy buat kantongku :-(
ReplyDeleteItulah sebabnya manusia yang duduk di kursi2 empuk itu kudu punya visi bagi bangsa, bukan visi bagi kota atau daerahnya saja. Tulisan yang sungguh bagus.
ReplyDeletemampir sore Shint....
ReplyDeletebener banget tu
ReplyDeleteaku setuju
tak ada buku
maka tak ada ilmu buat kita
sedih amat...pemerintah sekarang dh gag peduli ma pendidikan..lebih peduli ma pendidikan mahal klo yg murah yg masih di biayai pemerintah gag di gubris. malah iklan sekolah gratis hanya kamuflase semata supaya orang milih ...., malah di medan sekolah mo dijadikan hotel..kasian orang Indonesia mo dijadikan orang2 bodoh yg konsumtif huuu...kesel!!
ReplyDeletesore....mari kita menjadi kutu buku yg mencintai buku tapi gak suka melalap buku krn buku bukan lalapan he he.he...
ReplyDeleteBenar, bu. Tanpa buku dunia hancur.
ReplyDeleteSalam kenal, Frelia the Anak SD.
Please visit me back^^