aaaaaaarrrrrgggg!! minggu ini bener-bener dalam kondisi crowded. Kerjaan rasanya gak selesai-selesai, dan efeknya, aku belum bersentuhan dengan buku. Hiks!!
Well, daripada blog nganggur...lagi-lagi aku posting review lamaku. Moga tetap bisa menikmati ^^v
***
Buku ini aku dapatkan, saat aku mampir ke sebuah toko buku di Jakarta. Niat utama hanya ingin membeli sebuah buku titipan dari teman kosku, ternyata, setelah berkeliling di tobuk tanpa sadar tangan ini mulai aktif mengambil buku-buku yang menurutku menarik. Apalagi saat sampai di ruang yang berisi buku-buku yang berdiscount, intensitas tangan mengambil buku menjadi semakin tinggi. Dan, sampai mata ini menangkap sebuah buku dengan judul yang menarik, ‘Main-main dengan Teks’. Seketika muncul pertanyaan, emang teks bisa dimainin ya!?? Kata ’teks’ yang selama ini terasa begitu kaku, menjadi lunak saat diawali dengan kata ’main-main’. Paradigma ’teks’ yang kaku, berubah menjadi ringan dan mudah setelah membaca judul dari buku ini.
Hanya saja saat aku melihat gambar badut yang menghiasi cover Main-main dengan Teks sempat membuat dahiku berkerut. ”Aneh,” sebuah kata yang terbersit di hati. Rasanya agak janggal, nuansa kartun yang sempat aku terekam sdi kepala saat melihat bentuk hurufnya, tiba-tiba berubah dengan terlihatnya gambar badut ’hidup’, walaupun---mungkin—maksud layoutnya badut identik dengan bermain, tapi tetap saja dimataku cover terlihat ada yang janggal. Aku hanya membayangkan jika saja badut itu dibuat kartun mungkin lebih bagus atau mungkin gambar manusia (kartun) yang sedang menyusun huruf. Maybe...ini kan hanya imajinasiku saja...
Saat aku membuka halaman pertama buku, tampaklah ciri khas dari Kaifa, yaitu halaman berisi kata-kata yang membesarkan hati para pembacanya. Dan ini adalah salah satu hal yang aku suka dari buku terbitan Kaifa. Dilanjutkan dengan melihat daftar isi, wow!! Aku melihat berbagai macam ’emosi’ dari teks di dalamnya , teks yang ”sakit, teks yang mendinamit, teks yang meneror, teks yang bergerak dan masih banyak lagi. Aku telusuri judul subbab yang menurutku menarik, kemudian aku baca sekilas ke dalam subbab tersebut. Sekelebat kata muncul di kepalaku, ”Menarik!”
Dengan harga yang relatif murah, aku memutuskan memasukkan buku ini ke dalam tumpukan buku yang sudah menumpuk ditanganku. Dan aku siap membacanya ^_^
***
Judul Buku: Main-main dengan Teks
Penulis: Hernowo
Penerbit: Kaifa, bandung
Cetakan: Kedua, Juli 2004
Tebal: xxxii+184
Membaca teks, sesungguhnya, adalah membaca pergulatan pikiran;
dan menulis teks adalah....mengekspresikan perasaan dan kesolidan pikiran.
~Hernowo~
Seperti yang sempat berkelebat di kepalaku saat first sight, buku ini menarik. Buku yang bercerita tentang ’emosi’ yang terkandung dalam teks,
Bahwa teks bisa memandu,
Bahwa teks bisa bergerak,
Bahwa teks bisa jujur,
Bahwa teks bisa membiak,
Yang intinya, bahwa teks juga memiliki ’jiwa’
Seorang wanita sedang memandang mukanya di depan kaca. Wajahnya cantik jelita; memenuhi seluruh persyaratan yang memungkinkan ia menjadi pujaan. Para wanita yang melihat wajah itu merasa dirinya tidak beruntung karena wanita itu terlampau sempurna. Namun, tiba-tiba, wanita itu menancapkan paku mencocok matanya sendiri.
~Teks yang dikutip penulis dari salah satu karya Putu Wijaya~
Apa yang kawan-kawan rasakan saat membaca teks di atas?
Contoh teks yang digunakan penulis di atas, untuk menggambarkan bahwa teks juga bisa menjadi teror. Bahwa teks bisa menjadi mengerikan. Di buku inilah penulis ingin mengatakan bahwa teks bisa memuat emosi kita, dan teks dapat menularkan emosi kita.
Selain bercerita tentang ’emosi-teks’, buku ini juga memotivasi pembaca untuk membaca dan menulis. Seperti yang tertulis pada pengantar Sindhunata, Membaca dan menulis bukanlah soal metode atau teknik, melainkan soal hidup dan keberanian. Buku ini menawarkan keberanian kepada pembaca untuk melakukan kedua kegiatan tersebut. Dan menekankan bahwa membaca dan menulis adalah satu mata koin yang tidak dapat dipisahkan. Membaca mendukung menulis dan menulis melengkapi membaca.
Mudah dicerna, menjadi salah satu keunggulan buku ini. Penggunaan bahasa yang ringan dan komunikatif, membuat si pembaca seakan-akan diajak berdialog dengan penulis. Kepala pun tak perlu berpusing ria mengartikan kata atau kalimat yang tertulis, karena gaya penulisannya yang lebih terkesan bercerita dibanding mengajari.
Benar-benar menarikkah buku ini??
Masih gak yakin? Coba deh kawan-kawan buktikan....
***
Sebenarnya buku ‘Main-main dengan Teks’ berkaitan dengan dua buku sebelumnya, ’Mengikat Makna’ dan ’Andaikan Buku itu Sepotong Pizza’. Tetapi, karena kedua buku tersebut belum mampir ke kosku, aku gak bisa membandingkan ketiga buku itu. Mungkin suatu saat aku akan mencoba menjemput sekaligus mengorek-ngorek informasi kedua buku, dan menresensikan hasilnya pada kawan-kawan. Semoga kawan-kawan gak bosen dengan resensiku ;)
Well, daripada blog nganggur...lagi-lagi aku posting review lamaku. Moga tetap bisa menikmati ^^v
***
Buku ini aku dapatkan, saat aku mampir ke sebuah toko buku di Jakarta. Niat utama hanya ingin membeli sebuah buku titipan dari teman kosku, ternyata, setelah berkeliling di tobuk tanpa sadar tangan ini mulai aktif mengambil buku-buku yang menurutku menarik. Apalagi saat sampai di ruang yang berisi buku-buku yang berdiscount, intensitas tangan mengambil buku menjadi semakin tinggi. Dan, sampai mata ini menangkap sebuah buku dengan judul yang menarik, ‘Main-main dengan Teks’. Seketika muncul pertanyaan, emang teks bisa dimainin ya!?? Kata ’teks’ yang selama ini terasa begitu kaku, menjadi lunak saat diawali dengan kata ’main-main’. Paradigma ’teks’ yang kaku, berubah menjadi ringan dan mudah setelah membaca judul dari buku ini.
Hanya saja saat aku melihat gambar badut yang menghiasi cover Main-main dengan Teks sempat membuat dahiku berkerut. ”Aneh,” sebuah kata yang terbersit di hati. Rasanya agak janggal, nuansa kartun yang sempat aku terekam sdi kepala saat melihat bentuk hurufnya, tiba-tiba berubah dengan terlihatnya gambar badut ’hidup’, walaupun---mungkin—maksud layoutnya badut identik dengan bermain, tapi tetap saja dimataku cover terlihat ada yang janggal. Aku hanya membayangkan jika saja badut itu dibuat kartun mungkin lebih bagus atau mungkin gambar manusia (kartun) yang sedang menyusun huruf. Maybe...ini kan hanya imajinasiku saja...
Saat aku membuka halaman pertama buku, tampaklah ciri khas dari Kaifa, yaitu halaman berisi kata-kata yang membesarkan hati para pembacanya. Dan ini adalah salah satu hal yang aku suka dari buku terbitan Kaifa. Dilanjutkan dengan melihat daftar isi, wow!! Aku melihat berbagai macam ’emosi’ dari teks di dalamnya , teks yang ”sakit, teks yang mendinamit, teks yang meneror, teks yang bergerak dan masih banyak lagi. Aku telusuri judul subbab yang menurutku menarik, kemudian aku baca sekilas ke dalam subbab tersebut. Sekelebat kata muncul di kepalaku, ”Menarik!”
Dengan harga yang relatif murah, aku memutuskan memasukkan buku ini ke dalam tumpukan buku yang sudah menumpuk ditanganku. Dan aku siap membacanya ^_^
***
Judul Buku: Main-main dengan Teks
Penulis: Hernowo
Penerbit: Kaifa, bandung
Cetakan: Kedua, Juli 2004
Tebal: xxxii+184
Membaca teks, sesungguhnya, adalah membaca pergulatan pikiran;
dan menulis teks adalah....mengekspresikan perasaan dan kesolidan pikiran.
~Hernowo~
Seperti yang sempat berkelebat di kepalaku saat first sight, buku ini menarik. Buku yang bercerita tentang ’emosi’ yang terkandung dalam teks,
Bahwa teks bisa memandu,
Bahwa teks bisa bergerak,
Bahwa teks bisa jujur,
Bahwa teks bisa membiak,
Yang intinya, bahwa teks juga memiliki ’jiwa’
Seorang wanita sedang memandang mukanya di depan kaca. Wajahnya cantik jelita; memenuhi seluruh persyaratan yang memungkinkan ia menjadi pujaan. Para wanita yang melihat wajah itu merasa dirinya tidak beruntung karena wanita itu terlampau sempurna. Namun, tiba-tiba, wanita itu menancapkan paku mencocok matanya sendiri.
~Teks yang dikutip penulis dari salah satu karya Putu Wijaya~
Apa yang kawan-kawan rasakan saat membaca teks di atas?
Contoh teks yang digunakan penulis di atas, untuk menggambarkan bahwa teks juga bisa menjadi teror. Bahwa teks bisa menjadi mengerikan. Di buku inilah penulis ingin mengatakan bahwa teks bisa memuat emosi kita, dan teks dapat menularkan emosi kita.
Selain bercerita tentang ’emosi-teks’, buku ini juga memotivasi pembaca untuk membaca dan menulis. Seperti yang tertulis pada pengantar Sindhunata, Membaca dan menulis bukanlah soal metode atau teknik, melainkan soal hidup dan keberanian. Buku ini menawarkan keberanian kepada pembaca untuk melakukan kedua kegiatan tersebut. Dan menekankan bahwa membaca dan menulis adalah satu mata koin yang tidak dapat dipisahkan. Membaca mendukung menulis dan menulis melengkapi membaca.
Mudah dicerna, menjadi salah satu keunggulan buku ini. Penggunaan bahasa yang ringan dan komunikatif, membuat si pembaca seakan-akan diajak berdialog dengan penulis. Kepala pun tak perlu berpusing ria mengartikan kata atau kalimat yang tertulis, karena gaya penulisannya yang lebih terkesan bercerita dibanding mengajari.
Benar-benar menarikkah buku ini??
Masih gak yakin? Coba deh kawan-kawan buktikan....
***
Sebenarnya buku ‘Main-main dengan Teks’ berkaitan dengan dua buku sebelumnya, ’Mengikat Makna’ dan ’Andaikan Buku itu Sepotong Pizza’. Tetapi, karena kedua buku tersebut belum mampir ke kosku, aku gak bisa membandingkan ketiga buku itu. Mungkin suatu saat aku akan mencoba menjemput sekaligus mengorek-ngorek informasi kedua buku, dan menresensikan hasilnya pada kawan-kawan. Semoga kawan-kawan gak bosen dengan resensiku ;)
Sinta..kenapa kamu gak cantumin harga bukunya di semua review bukumu. jadi yg baca bisa mikir mo beli apa enggak ya. pikirin budgetnya gitu.
ReplyDeletebtw, kamera bisa bikin seger ya? bukannya jus stroberi yg bikin seger.
Sin, aku jd inget bukuku "Andaikan Buku Itu Sepotong Pizza". Lumayan bagus, tp aku ga tamat bacanya...
ReplyDeleteThe old man n the sea bagus ga? yg kubaca The have and have not. Rada berat ya?
mba, aku tuh lama bener nyelesein 1 buku hehe....
ReplyDeletebut thanks reviewnya..
mau review lama atau baru semuanya tetep bermanfaat kok mbak... keep posting....
ReplyDeleteteks itu huruf
ReplyDeleteteks itu angka
teks itu kata
teks itu kalimat
perlu dibaca neh
Biar jadi orang keren q ikutan komen juga ah, tpi sblmnya lam knal dulu, krn kata pepatah gak knal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta.
ReplyDeleteJudul Bukunya'Main-Main Dengan Teks. Covernya lucu ada gbr badutnya. isinya memberikan motifasi kpd orang tuk membaca n menulis. Sepertinya co2k dibaca oleh orang2 yg berkecimpung ataupun berminat di dunia tulis menulis termasuk salah satunya adl anak2 di Negeri Bloggerize ini.
Shinta, saya gak bosen dengan review Shinta. Dengan membacanya, otomatis otak saya mulai mencerna apa dan bagaimana tata cara sebuah review meskipun belum paham betul.:)
ReplyDeleteMembaca dan menulis, ibarat dua adik beradik. Shin, kapan nih bikin cerpen? khan kita bisa saling bantai nanti hehehe...
hernowo memang dikenal sbg penulis buku yang dikenal memiliki kiat jitu dalam meraih predikat best seller. buku2 "how-to"-nya laris-manis bak kacang goreng. jujur saja, saya belum membaca buku ini, mbak sinta. kayaknya menarik juga utk dicari di rak toko buku meski sudah terbit 5 tahun yang lalu.
ReplyDeletekayaknya bagus tuh, tapi aku lagi nyelesein baca buku dr bukune, ntar deh aku beli :D
ReplyDeleteTeks memiliki kekuatan untuk mempengaruhi ya ?
ReplyDeleteMakanya, kudu hati-2 dengan teks.
Buktinya, gara-gara teksnya disalahartikan, bu Prita terkena pidana...
Teks... memang penuh arti... dari teks itulah kita tau emosi dan sifat apa yang diungkapkan oleh penulis.
ReplyDeleteBisa tajam, lucu, kejam, menggoda dsb...
Kira-kira masih ada gak ya bukunya di tobuk ?
main-mian yuukkkkkkkkkkkkk...
ReplyDeleteSin, klo minjem aja boleh ga? *kedip2*
ReplyDeleteBagus juga bukunya mbak..
ReplyDeleteisinya pasti asyik
gambarnya bagus dan lucu
oot : kalo mo nulis cerpen harus diniatin bener. pasti bisa deh.
ReplyDeleteBaru baca judulnya saja sudah tertarik nih,tapi kayaknya dalam waktu dekat ini masih belum bisa hunting buku nih.Tapi nanti pasti dicari..
ReplyDeletemasyalahnya itu buku harganya berapa non....???
ReplyDeletemau beli kan mesti tau harganya dulu...nyampe pa ga dananya.
lha kita udah bela2in ke tokobuku ternyata dananya kurang, apes dehhhh.
maaf nih, dateng2 langsung protes
kayaknya isinya menarik. tp yang aku liat, covernya ga cocok ama isi bukunya.
ReplyDeleteulasan yang menarik...jadi kepengin beli bukunya.
ReplyDeletebeli di mana dunk??
pandai2 memankan teks termasuk untuk seseorang yang spesial..
ReplyDeleteLam kenal..
pokoknya harus nyerpen to nyovel. ditunggu! xixixiixixixiix
ReplyDeleteriveuwnya keren !!! ndalem :)
ReplyDeleteteliti! have an awesome week-end :)
aduhhh ntar kalo teksnya pada luntur gimana
ReplyDeletekok dibuat maen2. wkakaa
keren kok reviewnya.. ga bosen bacannya... sekali2 pengen ah nge review buku... kaya'nya seru....
ReplyDeletelama gak kesini makin rame ja mbak..
ReplyDelete