Kalau Retno [Retnadi] menyatakan ketidak-setujuannya dengan pernyataan Jenny Jusuf yang menyebut buku ini sebagai proyek hati. Aku malah sangat setuju—mungkin--karena posisiku sebagai pembaca yang tidak terlalu mengetahui kisah di balik buku ini.
Sempat di awal membaca, aku menyematkan kata proyek-persahabatan yang pernah dikatakan sang penulis. Tapi lambat laun, kata itu terasa kurang tepat di kacamataku, karena adanya beberapa cerita personal membuat kata persahabatan sedikit terlupakan. Ketidak-tepatan itu semakin terasa, saat aku membaca sebuah short-story yang hanya terdiri dari 3 halaman, tapi isinya sangat mengena. Setelah Film Usai…
“Untuk orang-orang ini, yang terlupakan oleh media, yang serasa hadir tanpa wajah, yang turut andil dalam menciptakan dalam sebuah karya, marilah sisihkan waktu 5 menit untuk tetap tinggal seusai film.” [hal 170]
Esai yang satu ini mengajak kita—dan aku pribadi---untuk lebih memperhatikan, menghargai, sekaligus merenungkan hal-hal kecil atau bahkan terlupakan di sekitar kita. Dan lewat sebuah hati—yang disebut mata-hati oleh penulis di kisah “Pada Sebuah Ruang Kelas Bernama Pernikahan”--- proses memperhatikan, menghargai dan merenungkan dapat terbentuk.
Dengan mata hati mampu melihat cinta di balik sikap dingin dan tegas seorang ibu. Dengan mata hati mampu melihat cinta di balik kesederhanaan Ramadhan, Dengan mata hati mampu melihat cinta di balik amarah sahabat. Dengan mata hati mampu melihat banyaknya rahmat Tuhan pada suatu pagi. Dengan mata hati mampu melihat persahabatan, cinta, pernikahan, keluarga dan Tuhan dengan mata yang lebih bening. Dan dengan mata hati mampu melihat ada sesuatu yang indah di balik segala peristiwa yang memang tak selamanya indah.
Itulah yang membuat aku lebih sreg menyematkan proyek hati di buku yang ditulis Airin Nisa, Retnadi dan Shinta. Buku yang berisikan cerita tentang kehidupan dari mata hati seorang anak, seorang istri, seorang ibu dan seorang hamba.
Tapi, ada beberapa cerita di buku ini yang menurutku terasa berlebihan untuk cerita yang bergenre nonfiksi, dan cenderung membuat ke-natural-an ceritanya berkurang. Well, selamat buat para penulis atas buku perdananya.
Judul buku: Let’s Talk About Friendship, Love, Marriage dan Ordinary Miracle
Penulis: Airin Nisa, Retnadi Nur’aini dan Shinta Anita Sari
Editor: Catur S
Cetakan: Pertama, Februari 2009
Tebal: 193 halaman
Harga: Rp. 32.000.-
NB: Info lomba indorsement buku “Let’s Talk About…” bisa dilihat pada: http://retnadi.multiply.com/journal/item/66
Maju terus blogger Indonesia
ReplyDeleteboleh intip bukunya gak Sin..??
ReplyDeletekamu jg 'urun rembuk' disini yaa...
hebat euy...!
ya..ya..hati emang segala-galanya
ReplyDeleteMakasih utk resensinya... BTW, bener nih kata mbak Tisti, kalau mbak Sinta jg "urun rembuk" di buku itu ?? Bener mbak ?? Hebat hebat...!!!
ReplyDeletesebegitu hebatnya ya fungsi mata hati..
ReplyDeletenanya hal yang gak penting yach...
dalam peradapaban yg penuh polusi (dlm hal ini seperti: asap kendraan brmotor, asap polusi pabrik, asap rokok dsb) secara tidak langsungkan membuat cacat hati dan mempengaruhi kinerja indra di-hati, itupun klo kamu percaya adanya mata dihati?..seperti ketika mata kita rabun tentu sudut pandang kita menjadi tidak sempurna tho...
dalam buku itu ada pembahasan masalah itu gak? ato paling gak bagaimana cara kita mempercayai kinerja hati dalam dunia industri seperti sekarang ini?
maap lagi nglantur dan full imajinasi...hehehe
@laskarKOM
ReplyDeleteHokeh deh!!
@mbak tisti
boleh banget mbak diintip..."urun rembug"?? itu bukan shinta aku koq mbak, kebetulan aja namanya mirip
@mas eka
lebih tepatnya mata hati...klo aku sih nyebutnya nurani
@mbak reni
kembali kasih mbak...gak koq mbak
@mas kurnia
hmmm...untuk cara mempercayai gak dijelaskan dengan detail, tapi buku ini menyiratkan saat mata hati muncul, keraguan itu gak ada.
kayaknya menarik.
ReplyDeleteperlu baca dulu baru komen balik kesini
:)
thanks buat infonya,,
udah lama nggak mampir kesini
kata tic band, mati hati ngejaga kita dari semua yang terlintas atas nama hawa nafsu :D
ReplyDeletememang cinta gak semuanya ada dalam sesuatu yang menyenangkan kali ya mba, tampa kita sadari ternyata banyak cinta yang berasal dari sesuatu yang menyebalkan, bener gituh gak mba ? :D
buku yang menarik nih, layak dicoba...
ReplyDeletereview yang menambah daya tarik buku tersebut :)
ReplyDeletesebuah buku yang menarik,,
ReplyDeletemesti baca buku ini neh...
mari tajamkan mata hati..
ReplyDelete@henny
ReplyDeletehehehe...betul2 baca dulu non
@jonk
betul...itu tuh yang katanya klo terlalu benci, jatuhnya malah bener-bener cinta hahaha
@buwel
monggo dicoba...mau ditambah kecap ato saos :P
@sibaho
huehehehehe...iya yah?! ^_^v
@black_id
:D Nih buku sebenrnya cewek banget, cuman klo pengen tau alam pikiran cewek...boleh deh jadi referensi
@terjaga
MARIIIIIIIIII!!!
jadi ini buku layak dibaca ya?
ReplyDeletedari covernya mayan bagus, kesannya simpel dan chic. manis!
makasih udah mampir di blog saya ya. salam kenal juga.
makasih ya udah mau mampiiiiiiiiiirrr ;)
ReplyDelete