Judul: Salamatahari
Penulis: Sundea
Penerbit: Minor Books
Cetakan: Pertama, Juni 2006
Tebal: 70 halaman
Harga: Hadiah
Beberapa hari kemarin, ada sebuah status Apyt [temen FB] yang bernada, "Percaya ada benda yang bawa SIALLL???" memancing tanganku untuk menjawab, "kagak, coz benda itu cuman bentuk mati,,,yang memberi "jiwa" itu ya manusia...."
Ya, benda hanyalah bentuk mati yang tidak dapat melakukan apa-apa kecuali ada makhluk hidup yang menggerakkan atau "memberi jiwa". Sundea, seorang penulis muda kelahiran 1981 memberikan gambaran tentang bagaimana dia mencoba memberi sekaligus merasakan "jiwa" dari laptop, gitar, kresek......
Buku ini termasuk salah satu buku "aneh" yang aku punya, seperti yang terlontar oleh Bambang Sugiarto pada bagian pengantar:
"Ini buku abnormal. Ketika banyak orang menulis tentang hal-hal besar dan penting, buku ini bicara tentang hal-hal kecil dan tak penting......Tapi bukankah 'normal' kadang berarti 'stereotipe' atawa 'steril', dan karenanya miskin dan kerdil? Betapa kerap kita terpenjara bahkan teraniaya oleh 'kenormalan'"
Kumpulan cerita yang sangat sederhana dan "gak penting" ini malah membuat pembaca membuka mata dan menikmati hal-hal kecil. Ketulusan dan kepolosan membuat aku berkali-kali tersenyum akan imajinasi "liar" sundea.
Seperti saat penulis menceritakan "pacaran"nya dengan matahari, kisah terasa lembut dan sangat menampakan jiwa kekanak-kanakan, jiwa yang tak mengenal masa dan coba selalu dibebaskan penulis dalam dirinya.
Sedikit teringat saat aku "ngobrol" dengan printer yang bolak-balik ngadat di kantor "Okey Bung Printer, kita bicara baik-baik. Kenapa kamu sering ngadat?" Betapa konyolnya aku saat itu, ngajak ngobrol printer?? Tapi, begitu aku menceritakan kekonyolanku ke salah satu sahabatku, lagi-lagi aku diingatkan, "Mbak, terkadang kita juga perlu "memanusiawi"kan benda-benda itu" Yah, memang perlu juga memperlakukan benda-benda ini dengan sebaik dan selembut mungkin ^_^
Well, di balik keanehan buku ini, ternyata "dia" mampu memberikan pelajaran tentang ketulusan, kelembutan, imajinasi sekaligus membuat hati kita menjadi peka dengan keadaan sekitar. Dan membuatku berpikir, "Gak ada ruginya sedikit 'berbincang' dengan alam benda dan semesta"
Thank buat Mbak Rini yang menghadiahkan buku ini buatku.
Penerbit: Minor Books
Cetakan: Pertama, Juni 2006
Tebal: 70 halaman
Harga: Hadiah
Beberapa hari kemarin, ada sebuah status Apyt [temen FB] yang bernada, "Percaya ada benda yang bawa SIALLL???" memancing tanganku untuk menjawab, "kagak, coz benda itu cuman bentuk mati,,,yang memberi "jiwa" itu ya manusia...."
Ya, benda hanyalah bentuk mati yang tidak dapat melakukan apa-apa kecuali ada makhluk hidup yang menggerakkan atau "memberi jiwa". Sundea, seorang penulis muda kelahiran 1981 memberikan gambaran tentang bagaimana dia mencoba memberi sekaligus merasakan "jiwa" dari laptop, gitar, kresek......
Buku ini termasuk salah satu buku "aneh" yang aku punya, seperti yang terlontar oleh Bambang Sugiarto pada bagian pengantar:
"Ini buku abnormal. Ketika banyak orang menulis tentang hal-hal besar dan penting, buku ini bicara tentang hal-hal kecil dan tak penting......Tapi bukankah 'normal' kadang berarti 'stereotipe' atawa 'steril', dan karenanya miskin dan kerdil? Betapa kerap kita terpenjara bahkan teraniaya oleh 'kenormalan'"
Kumpulan cerita yang sangat sederhana dan "gak penting" ini malah membuat pembaca membuka mata dan menikmati hal-hal kecil. Ketulusan dan kepolosan membuat aku berkali-kali tersenyum akan imajinasi "liar" sundea.
Seperti saat penulis menceritakan "pacaran"nya dengan matahari, kisah terasa lembut dan sangat menampakan jiwa kekanak-kanakan, jiwa yang tak mengenal masa dan coba selalu dibebaskan penulis dalam dirinya.
Sedikit teringat saat aku "ngobrol" dengan printer yang bolak-balik ngadat di kantor "Okey Bung Printer, kita bicara baik-baik. Kenapa kamu sering ngadat?" Betapa konyolnya aku saat itu, ngajak ngobrol printer?? Tapi, begitu aku menceritakan kekonyolanku ke salah satu sahabatku, lagi-lagi aku diingatkan, "Mbak, terkadang kita juga perlu "memanusiawi"kan benda-benda itu" Yah, memang perlu juga memperlakukan benda-benda ini dengan sebaik dan selembut mungkin ^_^
Well, di balik keanehan buku ini, ternyata "dia" mampu memberikan pelajaran tentang ketulusan, kelembutan, imajinasi sekaligus membuat hati kita menjadi peka dengan keadaan sekitar. Dan membuatku berpikir, "Gak ada ruginya sedikit 'berbincang' dengan alam benda dan semesta"
Thank buat Mbak Rini yang menghadiahkan buku ini buatku.
mmm, kadang2 kita memang perlu memanusiawikan benda2 sekitar ya^^...coba kalo sepatu bisa ngomong...mngkn dia akan jerit2...minta ampun krn diinjak2 trs oleh kaki, jg krn bau yg tdk sedap jempol kita... ;)
ReplyDeletehihihihihi...nasib sepatu memang mengenaskan
ReplyDeleteMakasih reviewnya, ya, salam buat Bung Printer dari laptop Dea ... =)
ReplyDeletekata orang tua2 jmn dulu, kita harus rajin ngajak ngobrol pohon yg kita tanam biar terus berbuah tak kenal musim
ReplyDeleteiya mbk, selain menumbuhkan empati, kita jadi lebih menghargai makhluk hidup yang lain :)
ReplyDelete