Jangan Jadi Perempuan Cengeng

Judul: Jangan Jadi Perempuan Cengeng
Penulis: Pipiet Senja, dkk
Editor: Ummu Rama Syahidah
Penerbit: Indiva Media Kreasi
Cetakan: Januari 2008

Life is a Battle…

Hidup selalu dipenuhi dengan pernak-pernik, Bisa jadi pernaknya terlihat baik, tapi tak jarang perniknya tampak buruk. Warna-warni kehidupan memberi nuansa keindahan tersendiri bagi siapa saja yang mau memandang hidup dengan kepositifan. Kesabaran, ketegaran, memaafkan, pasrah, ikhlas adalah sebagian dari serangkaian penyejuk garangnya dunia.

Life is a Battle…

Kedukaan, kepedihan memang salah satu dari banyak ‘rasa’ yang selalu ada dalam ‘menu’ kehidupan. Air mata seringkali menjadi pelengkap dari segala kesusahan. Air mata? Ya, aliran air yang seringkali menerobos mata saat hati mulai terkoyak.
Perempuan dan air mata. Dua unsur yang berulangkali dikaitkan secara erat. Kenapa harus perempuan? Kabarnya karena perempuan adalah sosok yang didominasi oleh perasaan. Doktrin seperti itu yang acapkali membuat perempuan dipandang lemah. Rapuh.

Lewat buku berjudul ‘Jangan Jadi Perempuan Cengeng’ kita akan disuguhkan kisah nyata para perempuan dalam menghadapi segala problematika kehidupan. Lemah? No Way!
Di awal kisah, kita akan disambut dengan tiga kisah kehidupan Pipiet Senja, kisah masa kecilnya yang divonis terkena thalasemia, tertuang dalam ‘Ditemani Sepasang Mayat’, berlanjut ‘Bintang Selalu Tersenyum’ dengan kisah kehamilan keduanya yang diwarnai konflik-konflik dalam rumah tangganya, sebagai penutup kedua kisahnya, Pipiet Senja menghadirkan ‘Di Ujung Pengharapan’.

Konflik keluarga menjadi tema dengan prosentase terbesar dalam buku ini. Kebahagiaan Itu, Ada Di Ujung Cerita : Nawangsari, Masih Ada Pelangi : Laras Ati, Kisah Sri : Farida Nur’aini, Tak Pernah Setegar Karang : DH Devita, dan Walaupun Kemilau Itu Telah Pudar : Rien Hanafiah. Perselingkuhan dan KDRT tercermin dalam kisah-kisah di atas, namun masing-masing cerpen memiliki keragaman ending dan solusi.

Dilema, juga menjadi permasalahan yang melanda dalam keluarga. Meskipun Aku Bukan Fatimah: Afifah Afra, mengisahkan tentang istri yang harus bersabar dengan suaminya yang berprofesi sebagai dokter, membuat dia harus seringkali meninggalkan keluarga; selanjutnya Jangan Ambil Nyawa Anakku Lagi, Ya ALLAH! : Ummu Saskia dan Alhamdulillah, Adik Lahir Normal : Sri Wigati menceritakan tentang usaha keras para ibu untuk mengatasi ketakutan kehilangan sang buah hati.

Perjuangan bertahan hidup mengalir dalam Asa di Ujung Cerita : Fitri dan Menantang Kerasnya Ibu Kota : Ummu Abdillah, dan Sang Putera Seroja : Afifah Afra

Kisah-kisah “sederhana” serta lucu menjadi bumbu penyedap yang menarik dalam kisah Ya ALLAH, Burung-burung Puyuh kami : Riannawati, Aku Malu Telah Mengucurkan Air Mata : Narita, Pelajaran Dari Sebuah Perjalanan : Deasylawati dan Bersama si ‘Onta Merah’ : Deasylawati.

Life is Battle…
Adalah sebuah kesimpulan yang tertangkap dari keseluruhan kisah. Tak ada kata kalah dari para perempuan ini untuk menghadapi dunia.

Comments