"Gila" Buku

“Sint, ada buku bagus,” rasa antusias seketika muncul, demi menyambut kata “buku” yang selalu berhasil membuat aku tertarik. Duh!

Aku bisa menahan untuk membeli baju, makanan, elektronik, tapi untuk buku…haduuuuuuuuuuhh…sangat susah, sangat…sangat susah. Apakah termasuk konsumtif?

Setiap kaki melangkah ke tobuk, bisa dipastikan ada satu atau dua bahkan lebih, buku yang aku tenteng pulang. Belum lagi kalau lagi ada diskon, tangan pasti dipenuhi tumpukan buku, memeluk buku-buku dengan warna manis pada senyuman bibir.

Uang tinggal dikit? itu bukan jadi alasan untuk tidak membeli buku—kecuali kalo dah bener-bener tandas—seringkali jatah uang untuk makan ikut terlibas begitu keinginan pada buku memenuhi isi kepala.

“Ah…gampang ntar bisa puasa,” “Kan masih ada cemilan,” “Hmmm…sementara beli itu ditunda dulu,” selalu ada “pembenaran” kala uang menipis, namun aku sudah terpesona dengan sebuah/dua buah/lebih buku. Mengerikan. Gak jarang aku berpikir, “Apa aku “gila” dengan buku” tapi pembenaran selalu berhasil menepis dengan “Banyak koq orang kayak aku” [emang iya yah?!]

Sulit, sekali lagi sulit untuk sembuh dari penyakit “bookholic” yang mampu menguras duitku sampai ke dasar.

Sampai aku teringat sebuah pesan dari Teh Mulyani [semoga amalan beliau diterima :)] “Nafsu sebenarnya tidak hanya muncul dari perasaan, tapi juga keinginan yang tak terkendali” Jadi…Apakah aku nafsu ma buku? [Wick! ngeri amat pemilihan kata: Nafsu]

Beberapa bulan belakangan ini, aku begitu tertolong dengan ada persewaan buku [semakin menguatkan keinginan untuk punya persewaan buku :P] sedikit banyak, mampu “mengekang” liarnya keinginan terhadap buku dan sedikit banyak mampu membuat diri lebih selektif dalam memilih buku [tapi...koq tetep aja banyakeun bukunya]

Mulai sekarang, mulai belajar untuk lebih berhati-hati dengan buku. Tapi, tidak menutup kemungkinan untuk borong buku *LHO?!* hehehe…

Comments