Judul: Gadis Jeruk
Penulis: Jostein Gaarder
Penerbit: Mizan
Cetakan: Pertama, Maret 2005
Georg menerima sebuah amplop besar dari neneknya. Sebuah surat yang telah berumur 11 tahun, surat yang ditinggal Ayahnya sehari sebelum dia meninggal. Perasaan aneh menyelimuti Georg.
"...seperti menemukan album yang belum pernah dibuka sebelumnya, berisi foto baru Ayah dan Aku" [18]
Georg mulai tenggelam dalam lembaran surat. Tenggelam dengan kisah pertemuan Ayah dengan seorang gadis dengan sekantong besar jeruk di sebuah trem yang mendebarkan, pertemuan singkat yang meninggalkan jejak dihatinya begitu dalam, mematri nama "Gadis Jeruk" sejak pertemuan pertama.
Kisah berlanjut dengan pencarian Gadis Jeruk, pencarian yang dipenuhi dengan pertanyaan "Siapa dia?" dan "Apa yang dilakukannya dengan sekantong besar jeruk?". Pertanyaan-pertanyaan itu semakin bercabang, "Apakah dia seorang guru TK yang bertugas membelikan muridnya jeruk?" "Apakah si Gadis Jeruk itu berencana untuk berski di Greenland dengan mambawa berkilo2 jeruk sebagai asupan vitamin?" "Apakah dia akan mengadakan pesta besar-besar dengan bertumpuk jeruk di atas meja makan?"
Pertanyaan-pertanyaan itu semakin bercabang lebih banyak, statusnya sebagai seorang mahasiswa kedokteran membuat Ayah pandai melakukan berbagai diagnosa imajiner kepada sekelilingnya.
"Aku baru saja mulai belajar di Kedokteran, dan sudah umum diketahui bahwa para mahasiswa kedokteran sering cenderung "melihat" penyakit imajiner di dalam diri mereka sendiri maupun diri orang lain, mereka begitu bersemangat untuk membaca gejala-gejala, punya hasrat yang menyerupai kegigihan-detektif untuk membuat diagnosis." [99]
Di surat itu Ayah juga bercerita tentang Teropong Ruang Angkasa Hubble, "Bagaimana Ayah bisa menyinggung itu di suratnya?"
"Membaca ini membuat tengkukku bergidik karena aku baru saja menyelesaikan tugas spesial yang panjang tentang Teleskop Ruang Angkasa Hubble" [29]
"Apakah Ayah pembaca pikiran?" [29]
Siapakah Gadis Jeruk? Apa hubungannya dengan Teropong Ruang Angkasa Hubble? Apa yang ingin Ayah sampaikan menjelang kematiannya lewat surat ini?
Buku ber-cover perempuan memangku sekantong jeruk ini, penuh dengan imajinasi, penuh pertanyaan tentang kehidupan, penuh dengan "reka-reka", penuh dengan keruwetan berpikir tokoh namun disampaikan dengan ringan oleh Jostein Gaarder.
"Akan tetapi. apakah seseorang itu, Georg? Apakah nilai seorang manusia itu? Apakah kita ini bukan apa-apa kecuali debu yang berserakan dan beterbangan ditiup angin?"[176]
"Bagiku, dunia ini selalu penuh kejutan. Aku sudah berpikir begitu semenjak aku masih cukup muda, dan jauh sebelum aku memata-matai si Gadis Jeruk di jalan di Oslo" [185]
"Jika kau memilih untuk hadir di tempat tertentu di dunia ini, kamu juga harus meninggalkannya suatu hari dan pergi meninggalkan segalanya" [233]
Penyampaian cerita yang ringan membuat novel bergenre filsafat ini sangat mudah untuk dipahami. Dalam 242 halaman, Jostein Gaarder mengajak pembaca turut berpikir, turut tenggelam dalam berbagai kekalutan, kecemasan, praduga yang terus menerus mengalir di setiap episode. Episode-episode yang memberikan makna tentang cinta, waktu dan hidup.
Penulis: Jostein Gaarder
Penerbit: Mizan
Cetakan: Pertama, Maret 2005
Georg menerima sebuah amplop besar dari neneknya. Sebuah surat yang telah berumur 11 tahun, surat yang ditinggal Ayahnya sehari sebelum dia meninggal. Perasaan aneh menyelimuti Georg.
"...seperti menemukan album yang belum pernah dibuka sebelumnya, berisi foto baru Ayah dan Aku" [18]
Georg mulai tenggelam dalam lembaran surat. Tenggelam dengan kisah pertemuan Ayah dengan seorang gadis dengan sekantong besar jeruk di sebuah trem yang mendebarkan, pertemuan singkat yang meninggalkan jejak dihatinya begitu dalam, mematri nama "Gadis Jeruk" sejak pertemuan pertama.
Kisah berlanjut dengan pencarian Gadis Jeruk, pencarian yang dipenuhi dengan pertanyaan "Siapa dia?" dan "Apa yang dilakukannya dengan sekantong besar jeruk?". Pertanyaan-pertanyaan itu semakin bercabang, "Apakah dia seorang guru TK yang bertugas membelikan muridnya jeruk?" "Apakah si Gadis Jeruk itu berencana untuk berski di Greenland dengan mambawa berkilo2 jeruk sebagai asupan vitamin?" "Apakah dia akan mengadakan pesta besar-besar dengan bertumpuk jeruk di atas meja makan?"
Pertanyaan-pertanyaan itu semakin bercabang lebih banyak, statusnya sebagai seorang mahasiswa kedokteran membuat Ayah pandai melakukan berbagai diagnosa imajiner kepada sekelilingnya.
"Aku baru saja mulai belajar di Kedokteran, dan sudah umum diketahui bahwa para mahasiswa kedokteran sering cenderung "melihat" penyakit imajiner di dalam diri mereka sendiri maupun diri orang lain, mereka begitu bersemangat untuk membaca gejala-gejala, punya hasrat yang menyerupai kegigihan-detektif untuk membuat diagnosis." [99]
Di surat itu Ayah juga bercerita tentang Teropong Ruang Angkasa Hubble, "Bagaimana Ayah bisa menyinggung itu di suratnya?"
"Membaca ini membuat tengkukku bergidik karena aku baru saja menyelesaikan tugas spesial yang panjang tentang Teleskop Ruang Angkasa Hubble" [29]
"Apakah Ayah pembaca pikiran?" [29]
Siapakah Gadis Jeruk? Apa hubungannya dengan Teropong Ruang Angkasa Hubble? Apa yang ingin Ayah sampaikan menjelang kematiannya lewat surat ini?
***
Buku ber-cover perempuan memangku sekantong jeruk ini, penuh dengan imajinasi, penuh pertanyaan tentang kehidupan, penuh dengan "reka-reka", penuh dengan keruwetan berpikir tokoh namun disampaikan dengan ringan oleh Jostein Gaarder.
"Akan tetapi. apakah seseorang itu, Georg? Apakah nilai seorang manusia itu? Apakah kita ini bukan apa-apa kecuali debu yang berserakan dan beterbangan ditiup angin?"[176]
"Bagiku, dunia ini selalu penuh kejutan. Aku sudah berpikir begitu semenjak aku masih cukup muda, dan jauh sebelum aku memata-matai si Gadis Jeruk di jalan di Oslo" [185]
"Jika kau memilih untuk hadir di tempat tertentu di dunia ini, kamu juga harus meninggalkannya suatu hari dan pergi meninggalkan segalanya" [233]
Penyampaian cerita yang ringan membuat novel bergenre filsafat ini sangat mudah untuk dipahami. Dalam 242 halaman, Jostein Gaarder mengajak pembaca turut berpikir, turut tenggelam dalam berbagai kekalutan, kecemasan, praduga yang terus menerus mengalir di setiap episode. Episode-episode yang memberikan makna tentang cinta, waktu dan hidup.
Sip...orang keren pasti komen :D
ReplyDeletehehe.. brarti saya orang kerren