Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi



Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi, merupakan cerpen unggulan dalam 13 cerpen yang mengisi karya Seno Gumira Ajidarma. Cerpen yang menurutku, mewakili keseluruhan cerpen di buku yang sebagian besar bertujuan untuk mengkritisi kondisi politik sosial dalam diri bangsa. Tentang ketidakbebasan berpendapat, hilangnya hati nurani, miskinnya kepedulian, dan carut marut kondisi bangsa.

Kumpulan cerpen Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi, adalah pengalaman pertamaku bertemu dengan karya Seno Gumira Ajidarma, dan ternyata otakku sering gak nyambung saking absurbnya. hehehe ...  Meski begitu, di beberapa cerpen saya suka dengan gaya bercerita penulis, terutama saat ada timpal-timpalan seperti di cerpen dilarang menyanyi dan kriiiing!. Dialog sahut-menyahut antar ibu-ibu di DMDKM dan pegawai-pegawai di Kriiing, membuat ceritanya lebih hidup dan greget.

Ada juga dialog-dialog mengandung metafora yang banyak mengisi cerpen, seperti Elektra yang kehilangan bayangannya, mencari dan mengejar tanpa bisa diraih. Bayangan yang kemudian dimetaforakan sebagai nurani. Bayangan yang selalu menempel dipadankan dengan selayaknya nurani pun meski melekat pada hati dan pemikiran.

Cerpen lainnya juga mengandung metafora, tapi terlalu absurb bagi otakku, seperti cerpen Duduk di Depan Jendela, kisah tentang perempuan yang melihat berbagai kejadian-kejadi absurb di depan jendelanya, Lambada, pria yang tergila-gila dengan seorang wanita, atau Midnight Ekpress, perjalanan bermobil lelaki dan perempuan yang tak saling kenal tapi sepanjang perjalanan menemukan ledakan-ledakan dan perang.

Terlepas dari segala kemumetan, membaca kumpulan cerpen ini menjadi salah satu pengalaman yang menarik, karena membuat otak diperas dan dahi dikerutkan, bukan karena kekakuan atau kerumitan diksi, tapi karena daya khayal saya yang masih belum selevel dengan penulis.

Judul: Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi | Penulis: Seno Gumira Ajidarma | Penerbit: Galang Press | Terbit: Cetakan ke-4 - 2017 | Tebal: 212 halaman | Harga: Rp. 55.000 | Bintang: 3/5

Comments