Memiliki kekuatan mengubah benda menjadi seperti yang kauinginkan atau memunculkan benda yang kaubutuhkan tanpa harus mencari, pastinya sesuatu banget? Namun, bagaimana jika ternyata kekuatanmu lebih dari sekadar hal-hal sepele tersebut, bagaimana dengan kekuatan mengubah cuaca? Atau melenyapkan manusia yang kau benci? Terlihat gak-sesuatu-banget lagi deh. Apalagi akibat memiliki kekuatan itu, kau menjadi target-bunuh nomor wahid yang sangat diincar oleh para pemburu penyihir. Okey, pastinya kau akan berpikir ulang untuk memiliki kekuatan tersebut.
Kekuatan itulah yang menimpa Sophie Mercer, dan sayangnya, si penyihir muda ini tidak dapat begitu saja menghilangkan kekuatan sihir yang memang diwariskan secara turun-temurun.Kejadian memalukan akibat keteledorannya menggunakan Mantra Cinta menggiringnya ke Hecate Hall, sebuah rumah pelayanan masyarakat yang menampung anak-anak berkekuatan khusus hingga usia mereka 18 tahun.
Awalnya kisah Sophie Mercer terkesan gak seru-seru amat, karena ceritanya seperti tema kebanyakan yang kali ini tentang cewek baru yang naksir cowok terganteng di sekolah, sayangnya udah punya pacar cewek cuaaantik tapi jutek. Tapi, kejadian Chaston terkapar di kamar mandi dengan dua lubang berdarah di leher mulai membuat menambah minat saya untuk melototin buku ini. Mulailah segala misteri dan kejutan semakin menarik sekaligus membuat penasaran di sepanjang cerita hingga halaman terakhir. Kejutan tentang ayah Sophie, sosok di balik hantu yang terus mengikutinya, penyusup yang tak disangka-sangka, semuanya terjalin dengan gaya penceritaan yang menyelipkan rasa penasaran.
Seperti saya katakan sebelumnya, cerita sempat terkesan membosankan. Untungnya, semua tertutupi kelihaian Rachel, penulis yang berprofesi sebagai guru bahasa Inggris ini, dalam meramu dialog sarkasme yang kocak dan menyelipkan kejutan-kejutan kecil di awal cerita mampu membuat saya betah berlama-lama dengan Sophie. Saya acungkan jempol juga untuk penerjemahnya yang mampu membahasa-Indonesiakan *eaaa* Hex Hall tanpa kehilangan pesonanya. Dan satu kalimat yang membuat saya tertawa dan mengacungkan empat jempol atas terjemahan, “Kutu kupret makan karet” [h.296]
Sekelebat saya jadi teringat Billi SanGreal Series [The Devil’s Kiss & Dark Godness] ketika membaca Hex Hall. Billi SanGreal adalah Sang Templar yang bertugas menyingkirkan roh atau makhluk yang berkuatan ganjil, sedangkan Sophie, sosok penyihir yang harus belajar mempertahankan diri dari sosok seperti Billi. Seperti membaca dua sisi kehidupan meskipun alur cerita sangat jauh berbeda dengan kesamaan tokohnya adalah gadis yang berada pada posisi yang tidak diinginkan tapi tak bisa melakukan apapun.
Well, yang pasti saya masih penasaran dengan pertemuan Sophie dengan sang Ayah, bagaimana jadinya? Apa yang akan terjadi? Ditunggu kelanjutan dari petualangan Sophie.
Judul: Hex Hall
Penulis: Rachel Hawkins
Penerjemah: Dina Begum
Penerbit: Ufuk Fiction
Cetak: Pertama, Oktober 2011
Tebal: 420 hlm
Bintang: ***
Seri Hex Hall lainnya
Demonglass; Spell Bound
:: ingin buku seken/murah bermutu? mampir ke FB Parcel Buku yuk! ::
Comments
Post a Comment
What Do You Things?