Tegar, Kekuatan dalam Keterpurukan

Setiap orang memiliki pandangan pribadi tentang apa itu hidup. Sebagian orang ada yang beranggapan bahwa hidup itu masalah, dan kalau tidak ingin berurusan dengan masalah, maka matilah. Ada juga yang mengatakan hidup adalah proses, perjalanan manusia yang penuh dengan aral melintang untuk menuju keabadian. Tak jarang juga yang berpendapat bahwa hidup adalah ibadah, dimana apa pun yang kita lakukan hanyalah untuk meraih ridho-Nya. Ataupun ada yang berpendapat hidup adalah pilihan, dimana manusia diberi kebebasan untuk menentukan pilihan dengan konsekuensi yang nantinya harus dipertanggung-jawabkan. Grup-band Dewa pun tak mau ketinggalan mengemukakan pendapatnya tentang hidup lewat lirik salah satu lagunya, hidup adalah perjuangan tanpa henti-henti, tak ada yang jatuh dari langit dengan cuma-cuma, semua usaha dan doa. Apa pun pandangan manusia, semua terangkum dalam hidup adalah belajar. Semua pasti tahu bahwa tempat belajar paling mumpuni adalah kehidupan itu sendiri. Belajar dengan masalah, belajar berproses, belajar menentukan pilihan, belajar memberikan yang terbaik kepada-Nya ataupun belajar berjuang. Sedangkan pelajaran yang terunggul adalah pengalaman, baik berasal dari diri sendiri atau orang lain. Pengalaman, di mana dia merupakan satu fase dalam hidup manusia yang pernah dilalui, masa lalu yang menjadi tempat untuk merenung, bukan bayangan yang menakutkan.

Alif Lam Mim. Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan mengatakan, “Kami beriman”, dan mereka tidak diuji?! Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti akan mengetahui orang-orang yang benar (dengan keimanannya) dan orang-orang yang berdusta. Terjemahan dari surat al-Ankabut ayat 1-2 ini menunjukkan bahwa ujian adalah tes keimanan dari Sang Pencipta, sekaligus menjadi sarana pembuktian atas pengabdian dan kecintaan sang hamba. Indosiar.com berinisiatif mengumpulkan sedikit dari berjuta mutiara hikmah dari pengalaman-pengalaman hidup manusia ke dalam buku Kumpulan Cermin berjudul “Tegar, Kekuatan dalam Keterpurukan”. Buku ini memberikan duapuluh enam pengalaman dan secuil perjalanan hidup manusia yang tidak bisa dibilang mudah.

Memiliki anak adalah idaman setiap wanita, tetapi bagaimana jika seorang wanita harus menyerahkan ovarium, sekaligus mematikan peluang memiliki anak? Lewat ‘Kukembalikan Kedua Ovariumku Pada-Nya’, Idah Nurhaidah menceritakan realita menyesakan yang menimpanya di usia yang terbilang sangat muda, 25 tahun. Berposisi pada urutan pertama dari buku kumcer ini, cerita Idah terasa begitu menyentak dan meluluhkan hati. Sungguh ujian yang cukup berat bagi seorang wanita.

Ujian atas kepasrahan dan syukur juga mendera sosok Rini Nurul Badariah yang mengidap Agorafobia [Aku dan Agorafobia]. Penderita Agorafobia akan selalu terserang kepanikan saat dia berada di tempat yang tidak nyaman, baik itu ramai atau sepi. Akibatnya dia harus rela bolak-balik rumah sakit. Eldestian juga menceritakan sebuah rutinitas ke rumah sakit juga dialami seorang temannya yang mengidap gagal ginjal. ‘Hadiah Terindah’ adalah kisah luapan rasa syukur betapa kondisi tersebut tidak menghambatnya untuk tetap berkarya dan kuliah, walaupun dia melakukan cuci darah dua kali seminggu.

Kehilangan pasangan hidup, suami/istri juga menjadi bentuk ujian yang ditimpakan kepada sang hamba. Baik itu akibat bercerai, ditinggalkan atau meninggal dunia, kehilangan pasti akan menyisakan kesedihan. Dari duapuluh enam tulisan, terdapat tiga cerita yang bermuatan kehilangan pasangan hidup, dan kesemuanya menimpa pada kaum wanita. Ada apakah dengan kaum wanita? Masita adalah nama wanita dalam cerita berjudul ‘Setelah Kang Pandu Pergi’. Dia harus menerima kehilangan yang tidak terduga, dalam kurun waktu pernikahan yang terbilang pendek. Berbeda dengan Masita, ‘Wardah si Perempuan Baja’ memilih cerai untuk menuntaskan kelelahan akan tingkah laku suami. Pengalaman kedua wanita tangguh ini dituliskan oleh Dewi “Dedew” Rieka. Tak kalah tangguh dengan dua perempuan sebelumnya, Sunarsih juga menuliskan kisah Iva yang kehilangan seorang pria yang telah menghamilinya lewat kisah berjudul ‘Berharap Semua Ini Mimpi’.

Baiti Jannati. Rumahku Surgaku. Dua kata ini pasti sangat familiar dan menjadi impian setiap keluarga. Bagaimana tidak? Setelah kesuntukan dan kepenatan yang menimpa diri kita di luar rumah, pasti kita mendambakan ketenangan dan kedamaian suasana rumah. Namun, harapan tak selalu menjadi kenyataan. Percikan-percikan konflik akibat komunikasi kerap menjadi akar keretakan dalam rumah tangga. Setiap hari pertengkaran tidak dapat dihindarkan lagi, membuat anak yang tidak turut andil, harus ikut menerima dampaknya. Aku Harus Berubah! – Jenny Verawati, Pendaki Karang Cinta – Dian Retno M dan Kekuatan dalam Keterpurukan – Nika Adiningtyas menceritakan bagaimana mereka berusaha untuk menyikapi dan dewasa menerima kehancuran keluarga mereka. Beruntunglah mereka masih bisa meresapi kehidupannya, tetapi bagaimana dengan korban broken home yang lari ke narkoba atau terjerumus dunia kriminal?

Sedangkan, kisah Titik Balik Pencarian Ibuku yang disampaikan oleh Eka Rista Harimurti bercerita tentang kenyataan bahwa selama ini dia hanyalah anak angkat, dan merasa ada tuntutan untuk mencari ibu kandungnya yang berujung di sebuah bilik RSJ. Perlakuan tidak adil orang tua menimpa Fifin Chahyani, saat ibunya begitu memuja kakak-kakaknya dan kerap menyisihkannya lewat cerita berjudul Sepenggal Kisah Masa Lalu.

Menggapai impian tidak akan indah jika tidak diiringi dengan perjuangan. Totalitas adalah salah satu cara mendapatkan yang terbaik, seperti yang diceritakan Nunik Utami lewat Kulepas Cita, Kugenggam Bintang, dimana totalitas mengantarkannya kepada posisi kerja yang sama sekali tidak dia sangka. Kita pasti akan merasa nyaman saat kerja di dunia yang kita sukai, tetap terkadang untuk meraihnya bukan hal yang mudah, perlu komitmen dan konsistensi yang tidak sedikit seperti yang dikisahkan dalam Ketika Karyaku Dinikmati dan Dihargai Orang Lain – Yadi Sudjana dan Hanya Satu Komputer untuk Bisa 3D – Indra Gunadi mereka harus mencari pinjaman komputer yang dulu bukan perangkat yang mudah didapat dan kesana-kemari menawarkan jasanya demi memenuhi impiannya menjadi desain grafis. Edward, lewat cerita Perjuangan Hidupku, yang pernah menggeluti dunia wartawan juga mencapainya dengan usaha yang tidak mudah dengan pencarian berita yang kadangkala mendapat penolakan sekaligus mengkritisi dunia wartawan yang semakin lama semakin tidak terkendali.

Taukah Anda tentang dunia Sulih? Mungkin sebagian besar lebih mengenalnya dengan dubber. Bayu Kristanti adalah sosok yang begitu mencintai dunia sulih sekaligus merintis milis tentang dubber dan perjuangannya untuk menaikkan dunia sulih yang kerap dipandang sebelah mata lewat kisah Asa yang Tak Lekang Dihantam Badai. Tidak jauh berbeda dengan Ridwan Abqary yang memiliki impian sejak kecil menjadi seorang penulis. Sekaligus menjadi kenangan atas sosok ibunda yang selalu mendampingi dan rela menyisihkan malunya saat bolak-balik meminjamkan mesin tik demi supaya putranya dapat menyalurkan keinginan menjadi penulis, cerita Kado Tanpa Pita yang menyimpan kerinduan sosok Mamah yang kini telah meninggalkan dunia. Dunia kuliah juga menyimpan harapan dan impian, dan bangku yang berlabel “maha” ini juga sanggup membuat seseorang rela berjuang seperti kisah Memanah Rembulan – Iwan Sugianto dan Tidak Ada Perjuangan yang Sia-sia – Andreas Nathius. Bahkan menginjak perkuliahan perjuangan pun masih mewarnai lika-likunya dan harus mengalahkan egoisme seperti yang tercerita pada kisah Dalam Jeruji Mahasiswa Abadi – Aan Wulandari.

Seperti yang disebutkan di atas, bahwa pengalaman tidak hanya datang dari diri sendiri tetapi juga orang lain. Kisah Semut Merah dan Donat Itu Bulat yang ditulis Lingga Permesti membuka mata terbuka kita untuk melihat sekitar. Pelajaran menerima dan ikhlas pun bisa diambil dari apa yang diberikan Tuhan. Kisah Berjuang Mencintai dan Menerima Mataku tentang seseorang yang memiliki indera keenam yang kerap membuatnya merasa sebagai sosok yang “cacat” menghantui jiwa Hani Prastimaya. Begitu pun dengan Diny Verdina, sosok wanita buta yang harus ikhlas menerima kondisinya dan harus bernyukur dengan “kiriman” sahabat yang sering menemaninya lewat cerita Bintang Penerang Hidupku.

Jangan Terkungkung dalam Kesedihan sebuah pesan yang disampaikan Haerul Said saat menceritakan pengalamannya sebagai penjaga warnet yang melihat seseorang yang tidak bisa melupakan kekasihnya yang telah meninggal setahun yang lalu.

Ujian adalah tempaan keimanan dari seorang hamba, sebuah iman yang tidak mudah untuk diraih keimanan yang juga disinggung dalam kisah Prahara yang ditulis oleh Arifuddin Jawas ketika dia menemukan hidayah yang sempat hilang dari hidupnya. Membaca rangkaian kisah ini membuat mata kita terbuka lebih lebar mengenai bersyukur, pasrah dan sabar adalah bakal mutiara-mutiara yang mengeram dalam kerang ujian. Ada saatnya kita perlu melihat ke atas untuk meraih motivasi, ada saatnya juga melihat ke bawah untuk menggenggam syukur, dan ada juga momen melihat sekitar untuk ber-muhasabah [merenung].

Judul : Tegar, Kekuatan Dalam Keterpurukan
Penulis : Para Pemenang dan Nominator Lomba Cerita Mini Indosiar 2008
Penerbit : Elex Media Komputindo
Tahun : 2009
Genre : Kumcer
Tebal : vi + 184 halaman
ISBN : 978-979-27-5381-3
Harga: Rp. 34.500,-

kunjungi: http://wisata-buku.com

Comments

  1. Izin mengamankan pertamaX dahulu sob,,, makasih atas reviewnya ya....

    ReplyDelete
  2. review yang bagus, dan tampaknya sangat menginspirasi..

    ReplyDelete
  3. Maaf sepertinya review anda sedikit keliru megenai tulisan saya, hadiah terindah. Kalau baca dengan teliti di situ saya menuliskan bahwa seorang teman yang bernama arie arie ardian yang menderita gagal ginjal, bukan saya. Mohon koreksi.. Tx..

    ReplyDelete
  4. trima kasih atas revisinya, maap, saya kira nama eldestian adalah nama pena sang tokoh

    ReplyDelete
  5. thax...ya...review nya...tentang cerita saya."berharap semua mimpi".....

    ReplyDelete

Post a Comment

What Do You Things?