Kitchen

Kehilangan bisa menjadi sesuatu yang menyedihkan, menakutkan, pukulan telak, sumber depresi dan atau tangis. Menghilangnya sesuatu yang sebelumnya berada dekat dengan kita, pasti akan meninggalkan kenangan. Begitupun saat kehilangan terbesar, bernama kematian, menghampiri. Proses menekuni kehilangan demi memperoleh keikhlasan akan terasa semakin menyulitkan. Bukan hal mudah, apalagi jika rasa memiliki telah mengakar. Kontemplasi inilah yang diangkat Banana Yoshimoto, penulis kelahiran dari Tokyo, ke dalam dua novelet depresif berjudul Kitchen dan Moonlight Shadow.

***

Kitchen.

Mikage Sakurai kehilangan neneknya, satu-satunya keluarga yang dimiliki. Semenjak kecil Mikage dirawat neneknya setelah kedua orang tuanya yang lebih dahulu meninggal dunia. Nenek yang selalu menjadi teman minum teh, teman menonton televisi sebelum tidur, pergi meninggalkan Mikage di rumah yang tiba-tiba menjadi suram. Yuichi Tanabe, pemuda yang tiba-tiba muncul dan membantu Mikage selama proses pemakaman nenek. Yuichi, adalah pekerja di toko bunga yang sering dikunjungi nenek. Dengan alasan supaya tidak sendirian, Yuichi menawari Mikage untuk tinggal di rumahnya selama musim panas. Saat menginjakkan kaki di rumah keluarga Tanabe, Mikage langsung jatuh cinta dengan dapur berlantai jingga. “Tempat yang paling kusukai di dunia ini adalah dapur.” [h.1] Dapur adalah tempat selalu membuatnya bisa tentram, bahkan saat kematian neneknya, hanya di samping lemari es-lah dia bisa merasakan tidur nyenyak.

Yuichi tinggal dengan seorang “Mama”. Eriko, sosok yang sangat cantik, yang sejak Yuichi kecil menjadi single fighter dalam menghidupi keluarga dengan mendirikan klub malam. Mama Yuichi telah meninggal akibat kanker, saat Yuichi kecil, meninggalkan kehilangan yang sangat besar dalam diri Eriko. “Mama,” itulah panggilan yang diberikan Yuichi pada sosok yang sejatinya adalah Ayahnya. Eriko, yang dulunya bernama Yuki adalah pria transeksual. Ya, kehilangan istri membuatnya memutuskan untuk melakukan operasi plastik menjadi perempuan. Bersama Eriko, Mikage merasa mendapatkan sosok yang hangat dan humoris, menerbitkan semangat yang sempat tenggelam setelah kepergian neneknya.

Eriko dibunuh oleh seorang maniak. Kematian. Lagi-lagi sebuah kehilangan. Kesedihan. Kondisi yang ternyata malah membuat Yuichi dan Mikage saling berjauhan.

***

Moonlight Shadow

Kematian Hitoshi dalam kecelakaan menyisakan rasa sesal yang mendalam dalam diri Satsuki. Tidak hanya dia, tetapi juga Shu, adik Hiroshi, yang saat itu juga harus menerima dua kehilangan, kakaknya dan kekasihnya, Yumiko. Satsuki tidak bisa begitu saja menerima kematian kekasihnya. Berdiri pada sebuah jembatan yang selalu menjadi tempat pertemuan dan perpisahan setiap kali mereka bertemu, menjadikan Satsuki semakin sulit untuk melepaskan kepergian Hitoshi. Tidak jauh berbeda dengan Shu, adik Hitoshi, yang sejak kematian Yumiko selalu memakai baju kelasi, seragam untuk perempuan, di kesehariannya.

Pertemuan Satsuki dengan Urara, menjadi semacam titik balik dari setiap dialog-dialog jiwanya. Kemunculan Urara, perempuan misterius yang menyapa Satsuki di jembatan, menimbulkan rasa penasaran yang besar. Siapa dia? Bagaimana dia bisa mengetahui apa yang terjadi dalam diri Satsuki?

***

Setiap orang memiliki cara untuk mengatasi rasa kehilangan yang berbeda, begitupun dengan tokoh-tokoh dalam buku yang telah diterjemahkan ke dalam dua puluh bahasa ini. Mikage dan Yuichi memilih untuk mengasingkan diri; Satsuki dan Urara dengan cara berdiri di tempat yang menyimpan banyak kenangan; Shu memilih memakai baju kelasi; dan yang paling dramatis adalah Yuki, yang menjadi sosok Eriko. Segala pengambilan tindakan ini menjadi salah satu cara untuk membuat mereka tetap bertahan dan menjalani hidup, sekaligus untuk menyimpan kenangan.

Dalam buku yang judulnya sering membuat orang kecele ini, merupakan debut dari penulis yang bernama asli Mahoko Yoshimoto. Karya perdana yang berhasil menyedot banyak peminat, sekaligus menuai penghargaan Kaien Newcomer Writers Prize pada November 1987, Umitsubame First Novel Prize, dan Izumi Kyoka Literary Prize pada January 1988. Dengan diksi yang sangat sederhana, sebagian besar cerita berisi dilema dan pemikiran-pemikiran tentang kehilangan, kehidupan, kesepian, semangat, persahabatan dan kematian. Tetapi kisah cinta yang terjalin agak menjemukan dan tak jarang dilema yang bekecambuk dalam diri Mikage tersampaikan berulang-ulang. Mungkin buku ini akan menjadi lebih menarik jika mengambil juga sudut pandang Eriko dan Shu dalam mengatasi kehilangannya.

Judul : Kitchen
Penulis : Banana Yoshimoto
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
Tahun: 2009
Cetakan: Pertama
Genre : Romantis
Tebal : vi + 204 halaman
ISBN : 978-979-91-0173-0

kunjungi: http://wisata-buku.com

Comments

  1. Kehilangan seseorang atau apapun yang dicintai adalah menyakitkan
    dan bagaimana orang menyikapi tergantung dari sudut pandang masing-masing

    ReplyDelete
  2. Wah..kayaknya saya sama dengan Mikage, suka sama dapur apalagi kalau lagi laper he..he

    ReplyDelete
  3. hmmm...meski saya masih agak janggal dengan kejadian mistis di cerita kedua, tapi saya sudah benar-benar terhipnotis dengan rangkaian katanya yang sederhana namun bermakna dalam itu...:)

    ReplyDelete
  4. novel yang menceritakan tentang kehilangan, kematian, kesepian membuat kita belajar banyak tentang hidup ini berdasarkan sudut pandang masing masing dalam menyikapi novel tersebut!

    menurutku kehilangan bukan akhir dari dunia, suatu saat kita akan menemukan orang baru yang lebih baik

    ReplyDelete
  5. Novel Jepang, selalu menarik untuk dibaca. Review mantap sobat.

    ReplyDelete

Post a Comment

What Do You Things?