Paris Lumiere de l’Amour

Paris ==> Perancis ==> Zinedine Zidane alias Zizou, inilah alur berpikirku jika kata Paris terpampang di hadapanku. Kenapa akhirnya harus bermuara pada Zizou? Karena dia adalah superhero pujaanku—lebay--ketika masa SMA. Bermula dari kemenangan Perancis di Piala Dunia 1998, berkat jasa Zizou yang menghantarkan dua gol, membuatku “jatuh-cinta” dengan pria yang satu ini---huoooooo!! Dan “cinta”ku berarak ke Juventus, klub dimana dia berlaga di Liga Italia. Kefanatikan yang sempat membuat salah satu dinding kamarku dipenuhi poster Juventus tanpa ada jeda kosong. Walaupun akhirnya aku sebal dengan Zizou yang keluar dari Juve, tapi alur berpikir itu masih terus tertanam hingga sekarang dan mengajakku ber-flashback ria kala membaca buku berjudul ‘Paris Lumiere de l’Amour’ ketika pria muslim ini disindir atas “prestasi”nya menyundul dada pemain Italia di final Piala Dunia 2006---aku lupa sapa pemain Italia-nya? Yang dulu pernah main di Intermilan kan yah?? DOH!!

Tidak salah memang alur berpikir saya, tapi akan jauh lebih dan lebih cerdas jika saya menghubungkan Paris dengan Menara Eiffel--haghaghag. Sebagai maskot dari negeri yang mendapat sebutan ‘Kota Cahaya’, menara yang satu ini memang selalu menjadi tujuan wisata yang tak mungkin dilewatkan. Parade 14 Juli, tanggal meletusnya Revolusi Perancis, di Champs Elysees menawarkan cerita tentang mempesonanya Menara Eiffel dengan kemarakan kembang api yang memenuhi langit malam, kehebohan yang cukup bersaing dengan momen tahun baru.

Tak hanya bercerita tentang Menara Eiffel, tetapi penulis juga menuturkan tentang gedung opera Garnier, yang dibangun pada tahun 1857. Dan sukses mengantarkan kepalaku mengembara ke film The Dunchess, dimana keberadaan para tokoh di balkon gedung opera menjadi awal mula skandal, kemudian pengembaraan pun berlanjut ke film Sweeney Todd, hanya karena bergenre musical-movie--nih istilah ada kan yah? ^^v.

Masih banyak hal-hal menarik yang diceritakan dalam buku ini, antara lain kebiasaan bersepeda masyarakat Paris, yang didukung dengan adanya persewaan sepeda yang cukup murah. Sebuah kebiasaan sehat yang layaknya patut ditiru Bangsa Indonesia, demi terkurangnya polusi udara. Yang lebih unik adalah masalah apartment di Paris, mengingat kalau di Indonesia pengusiran penyewa apartment bisa dengan mudah dilakukan—kalau di tipi pengusiran bisa dengan metode sewa bodyguard dan lemparin barang-barang penyewa ke luar rumah--tapi begitu membaca “Tahap Pengusiran Penyewa Apartment” saya terbengong-bengong melihat betapa rumitnya peraturan yang berhubungan dengan penyewa, yang bahkan kerap merugikan pemilik.

Tak hanya menawarkan cerita suka, tapi penulis juga menceritakan duka ketika sulitnya umat muslim mendapatkan makanan halal, ribetnya mengambil cuti untuk hari besar, cerita tentang perjuangan puasa, yang bahkan bisa dilakukan selama 19 jam, perubahan jam shalat yang terasa “tragis” jika dibaca oleh orang Indonesia dan masih banyak yang lain. Kisah perjuangan sebagai muslim, untuk tetap berbaur tetapi tidak melebur, yang patut diacungi jempol.

Walaupun buku ini hanya cerita keseharian penulis tapi bisa dijadikan panduan awal, yang dilengkapi foto, bagi orang-orang yang berminat untuk ke Paris, walaupun tidak menutup kemungkinan untuk yang lain menikmati apa yang disajikan penulis lewat pengalamannya hijrah di Kota Cahaya ini. Tapi di sisi lain, karena buku ini hanya menyajikan pengalaman-pengalaman penulis, kerap muncul rasa tidak puas karena terlalu singkatnya cerita yang disampaikan, sedangkan rasa ingin tahu masih menggunung.

Akhirnya review ditutup dengan sedikit masukan, ada beberapa hal yang sedikit mengganggu, seperti ketidakjelasan pemberian “garis hitam” pada kode makanan yang tidak terdapat pada halaman 122 dan pengulangan quote pada halaman 67 dan 130.

Sekian review yang terasa aneh bagi saya, tapi tak tahu bagi Anda…

Judul Buku : Paris Lumiere de l’Amour
Penulis: Rosita Sihombing
Editor: Rini Nurul Badariah dan Azzura Dayana
Penerbit: Lingkar Pena Publishing House
Terbit: Pertama, Mei 2009
Tebal Buku: 175 halaman
ISBN: 9786028436250

Comments

  1. Waduh...
    Jadi kepengen ziarah ke Paris nih. Kata si Lintang kan, Paris itu kota tercantik sedunia.. Hehehe..

    Salam kenal. Menarik ulasannya....

    ReplyDelete
  2. bagi saya sih review yang asik-asik aja tuh, Sin. Lingkar Pena, ya? Beli ah, makasih ya Sinta...

    ReplyDelete
  3. aku seneng nih buku yg menceritakan keadaan negeri lain, suasana, makanan atau pola hidup suatu negara, ah..mngkn krn punya obsesi keliling dunia yg blm kesampaian kali yaa...

    mdh2an nanti deh kalo ke toko buku saya cari buku ini...

    hihihi, Sin..postingan tugas drmu itu kemarin kacau balau ya...tampilan di blog amburadul dan tdk lengkap *sampai skrng g tau penyebabnya apa, binun*....soriii yaaa...*yg penting tugas drmu sdh lunas, hiiiiii...*

    ReplyDelete
  4. Henny pikir buku ini isinya bahasa Perancis, waduh..kalo gitu ga bakal ngerti. tapi ternyata pengarangnya orang Indonesia toh. Sepertinya sama menariknya dengan Edensor ya mbak? Kalau ada waktu (dan uang) untuk hunting buku lagi, buku inilah yang pertama henny cari.

    oh iya, henny baru bikin cerber dengan setting luar negri. tolong dikomentarin ya mbak
    ^^

    ReplyDelete
  5. Baru tahu kalau Paris dapat julukan Kota Cahaya, mbak... hehehe.
    Jadi pengen ke Paris nih... kapan ya bakal kesampaian..?

    ReplyDelete
  6. wah perlu dibaca nih untuk tambah pengetahuan...

    ReplyDelete
  7. Postingan mantap mbak Shinta. Ditengah rasa sebal karena telkom flash saya yang lelet, postingan ini cukup mengobati. All about Paris, selalu menarik ya. Membaca review segar ini, membuat saya jadi tertarik ingin mencari bukunya. He, saya jadi malu, betapa dunia seperti berlari, saya baru tau ada penulis Hebat seperti Rosita Sihombing ini. Terimakasih atas sharenya.

    ReplyDelete
  8. salam sobat
    menarik banget mba,,
    saya jadi pingin membaca buku catatan cinta PARIS LUMIERE ,,,ini.
    pinjamin doongg...!

    ReplyDelete
  9. paris keren banget agaknya... duh tp perjuangan seorang muslim di negara itu berat ya. tapi klo enjoy sih menurut saya ga masalah.. malah jadi ringan hehe

    ReplyDelete
  10. yang bertengkar dengan zizou tuh si matterazi namanya ^^

    membaca buku seperti ini bisa membawa kita ke alam bukunya huhuh kapan yah bisa ke paris hiikz
    maybe one dayy...insya allah

    ReplyDelete
  11. Namanya Marco Materazzi, Sin. Menurutku kita tak bisa bilang Zizou salah atau tidak, karena kita tak tahu persis apa yg terjadi. Tapi dari kasak-kusuknya, memang si Materazzi ini keterlaluan sekali.

    Kalo dari pengalamanku ke Paris, beraneka ragam banget tempat makan disana dgn aneka ragam harga. Keberagaman penduduknya juga tampak, dan aku pikir masih lebih ramah dari kebanyakan negara Eropa lain

    ReplyDelete
  12. Sisi lain kota Paris:
    http://rindupulang.blogspot.com/2009/10/labirin-metro-kota-paris.html

    ReplyDelete
  13. Kemarinnya, mbak kerumah Isti, salah seorang bloger, baru saja, Ia posting tentang "Galaksi Kinanti" anehnya, mbak malamnya baru saja ke FBnya Tasaro GK.

    Dan, siang ini, sebelum klik posting yang ini, mbak baru saja ke FBnya Rosita Sikrit Sihombing, mbak baru add kemarin. Sebelumnya mah gak kenal :D sungguh kuasa Allah, yang menggerakan hati manusia. Bertemu di FB, blog ah, dunia maya. Membuat rindu, ketika kelak akan berpisah dengannya.

    ReplyDelete

Post a Comment

What Do You Things?