Pena Beracun

Judul: Pena Beracun | Judul Asli: The Moving Finger | Penulis: Agatha Christie | Penerjemah: Ny. Suwarni A.S | Penerbit: Gramedia Pustaka Utama | Terbit: Keenam, Maret 2013 | Tebal: 320 hlm | Harga: Rp. 48.000 | Bintang: 4/5

Dalam proyek membaca novel Agatha Christie, akhirnya saya ‘berjumpa’ dengan Miss Marple, setelah sebelumnya selalu ‘menyelidiki bersama’ Hercule Poirot. Sebenarnya, kehadiran Miss Marple di novel ini hanya sejenak, bahkan jelang cerita berakhir, tapi sudah dipastikan mengubah struktur berpikir yang sebelumnya sudah susah payah dibentuk.

Cerita diawali dengan kisah Jerry Burton yang mencari tempat tenang supaya proses penyembuhan dari kecelakaan pesawat terbang bisa segera pulih. Sayangnya, pilihan tempat Jerry dan adiknya, Joanna, yang kelihatannya tenang, ternyata menyimpan ketegangan. Selang sehari-dua hari setelah kepindahan mereka ke Desa Lymstock, sebuah ‘sambutan’ diterima dalam bentuk surat kaleng. Kejadian yang benar-benar di luar dugaan, dan menjadi awal petualangan Jerry Burton mengenal keaslian Desa Lymstock.
“Surat itu mengggunakan kata-kata kasar yang tidak senonoh dan menyatakan bahwa aku dan Joanna sebenarnya tidak bersaudara.” (h.22)
Rupa-rupanya surat kaleng sudah lama tersebar ke penduduk desa, Jerry dan Joanna hanyalah salah satu yang mendapatkan surat yang hanya berisi omong kosong. Tapi, apakah semua surat memang berisikan omong kosong? “Tidak ada asap tanpa api,”menjadi ungkapan yang sering muncul di sekitar Jerry setiap kali berkaitan dengan surat kaleng. Tebakan atau analisa siapa dan kenapa si pengirim surat kaleng sering terlontar.
“Seperti sudah kukatakan. Ada sekrup otaknya yang tak beres. Kurasa hal itu memberi kepuasan atas dorongan-dorongan tertentu. Bisa seseorang dibentak-bentak terus, tak dipedulikan, frustasi, atau hidupnya kosong dan membosankan, maka dia akan merasakan suatu dorongan yang kuat untuk menikam orang-orang yang nampak bahagia dan menikmati hidupnya --- dengan cara yang licik.” (h.56)
Sepanjang cerita, Jerry mengajak pembaca untuk mengenal penduduk desa dan menganalisa si Pena Beracun, sebutan untuk pengirim surat kaleng. Sudah pasti, sisi psikologis si Pena Beracun, menjadi sasaran yang menarik untuk dibaca. Ceritanya sendiri mengalir dengan pelan dan datar karena sebagian besar diisi dengan pertemuan dan obrolan Jerry dengan penduduk desa. Tapi, kemunculan surat kaleng menjadi  ‘bintang’ yang selalu membuat saya penasaran dengan kelanjutannya.
“Aku sekarang merasa heran bahwa dalam spekulasi kami mengenai apa yang dipikirkan si Pena Beracun itu, kami tak bisa membayangkan sesuatu yang jelas dan nyata. … Namun, reaksi yang benar, yang nyata, tidak kami pikirkan---atau tepatnya harus kukatakan, aku yang tidak memikirkannya. Reaksi itu adalah ‘Rasa Takut’.” (Jerry Burton – h.141)
Plot cerita sedikit naik saat Mrs. Symmington ditemukan bunuh diri. Penemuan yang menggemparkan Desa Lymstock yang selama ini seperti tak kenal kejahatan. Surat kaleng ditemukan di antara benda yang berada di sekitar kematian Mrs. Symmington. Kematian kembali muncul saat ditemukannya mayat Agnes Woddell, pelayan rumah Mr. Symmington. Surat kaleng masih tetap menjadi kambing hitam yang setia ‘menemani’ pemberitaan kematian-kematian tersebut.
“Anda rupanya tak bisa memahami keadaan mental Pena Beracun --- apa saja yang ditemukannya, dimanfaatkannya. Boleh dikatakan bahwa dendamnya adalah terhadap seluruh umat manusia.” (Kapten Nash ~ h.203)
Bagian yang membuat saya agak janggal dan kadang terkesan dipaksakan adalah saat-saat Jerry berada di lokasi strategis kejadian tanpa alasan yang mendesak atau berdasarkan insting. Selain kejanggalan itu, novel Pena Beracun sangat menarik dan berhasil mempertahankan rasa penasaran sampai halaman terakhir. Btw, Tebakan saya, SALAH! Pembunuh benar-benar di luar area imajinasi dan daya selidikku #halah. Satu lagi, alur ceritanya benar-benar menjebak.
“Kebencian bisa membuat orang jadi buta, ya jadi buta. Tapi orang buta pun mungkin bisa menikam tepat di jantung, secara kebetulan sekali…” (h. 90)

Comments