Mualaf

Judul: Mualaf
Penulis: John Michaelson
Penerjemah: Barokah Razuati
Cetak: 2014
Tebal: 352 hlm
Bintang: 3/5
Harga: Rp. 139.000 (Diskon di Toko Buku Online)

Mualaf, sebutan yang selalu menerbitkan rasa ingin tahu. Penasaran dengan alasan mereka memutuskan berpindah/menemukan keyakinan dan memilih Islam. Rasa penasaran yang juga menjadi alasan memilih membaca buku berjudul Mualaf ini. 

Diawali dengan masa kecil yang harus menghadapi perceraian orangtuanya, John kehilangan pegangan. Menjalani kehidupan dengan berpindah-pindah tempat tinggal, antara rumah Ayah dan Ibu. Narkoba menjadi 'sahabat'nya dan sempat membuatnya tertangkap sebagai pengedar di sekolah tapi sama sekali tak membuatnya jera. Memiliki Ayah yang 'keras' dan mudah naik pitam, semakin membuat masa remaja John tidak menyenangkan. 

Pengalamannya dengan cinta juga tak berjalan mulus, kehidupan seks tanpa ikatan, perpisahan, bertemu perempuan baru, memulai hubungan, dan kandas. Harapan yang begitu besar untuk dicintai pasangan, tak kunjung hadir. Pekerjaan di laut sebagai teknisi pun merenggangkan hubungan John dengan putranya, sedangkan kebutuhan dan segala tagihan memaksanya bertahan.

Judul buku yang mentereng dan sinopsis yang sempat membuat saya berpikir akan menemukan proses pencarian hidayah yang tak mudah, ternyata pupus saat lebih dari setengah buku tak juga menemukan apa yang saya cari. Pemikiran dan proses John terkait menemukan keislaman tidak terlalu panjang, bahkan sederhana, dimulai dari penemuan Al-Qur'an di rumah kontrakan, di Indonesia. 

Perdebatan batin tidak banyak dibeberkan dalam buku, poin yang agak membuat saya kecewa. Mungkin, masih mungkin ya, karena John sebelumnya seorang agnostik sehingga proses menemukan hidayah tidak serumit jika seseorang sebelumnya memeluk agama lain. Dia "sekadar" mencari bukti bahwa Tuhan itu ada, tanpa harus membandingkan dengan keyakinan sebelumnya.

Terlepas dari kecewa karena isi buku di luar ekspektasi, bahasa yang digunakan membuat betah. Tidak kaku, malah seperti membaca novel. Pada bagian tiga, ketika John di Indonesia cukup memberi empati. Bagaimaan perlakuan orang-orang jalanan kepadanya, sebagai orang asing. Saya baru tahu kalau arti sebenarnya dari kata bule adalah albino, jadi ketika kita mengatakan bule sebenarnya bisa diartikan ejekan bagi mereka.

Comments

  1. Buku ini semacam biografi ya, bukan novel. Saya kira ini novel..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sepertinya memang novel, saya yang salah sangka :D

      Delete
  2. wah baru tahu kalau bule tuh memiliki arti albino :D makasih reviewnya :D

    ReplyDelete
  3. Setuju..pergulatan batinnya kurang di eksplor

    ReplyDelete

Post a Comment

What Do You Things?