Cantik Itu Luka



Awalnya, latar sejarahnya yang membuat saya tertarik membaca Cantik Itu Luka. Saya selalu dibuat penasaran dengan novel berlatar sejarah, tentang bagaimana penulis akan meramu cerita fiksi dengan 'bungkus' sejarah yang benar-benar nyata. Ternyata, masa kolonial dan komunis yang menjadi latar sejarah tidak terlalu ditonjolkan oleh penulis, meski saya sempat dibuat  kaget plus tertawa dengan 'keusilan' penulis yang berkaitan dengan sejarah, seperti penolakan Sang Shodanko dengan gelar Panglima Besar dari Presiden Soekarno yang akhirnya dilimpahkan kepada Jenderal Sudirman, atau tingkah Kamerad Kliwon yang tidak mendapatkan korannya pada suatu pagi.

Seperti judulnya, Cantik Itu Luka, berkisah tentang kehidupan ibu-anak yang memiliki paras cantik. Dewi Ayu, Sang Ibu, dan ketiga anaknya, Alamanda, Adinda, Maya Dewi, memiliki bentuk fisik yang memukau, berkat keturunan Belanda dan atau Jepang yang mereka miliki. Sayangnya, kehidupan mereka tak seindah penampakannya. Bermula dari kebangkitan Dewi Ayu setelah 25 tahun dikubur, agak ajaib juga, tapi memang inilah salah satu bagian mistis dalam buku ini.Kebangkitannya ternyata sekalian membaca cerita masa lalunya yang mungkin sama sekali tidak memberikan ruang kebahagiaan.

Masa kependudukan Jepang menjadi permulaan beragam musibah dan kesedihan yang melanda kehidupan Dewi Ayu, mulai dari terpaksa menjadi pelacur di rumah Mama Kalong, hingga nasib anak-anaknya yang sama muramnya dengan Ibunya. Sebenarnya Dewi Ayu masih memiliki satu anak lagi, yaitu Si Cantik. Ironinya, Cantik tidaklah secantik namanya, wujudnya yang mengerikan kerap membuat sekitarnya menjerit atau berlari ketakutan. Namun, dari Cantik-lah Dewi Ayu berharap, anaknya yang buruk rupa ini tidak terkena kutukan karma yang terus mengikutinya.

Meski slogan 'don't judge book by it's cover' sering dikumandangkan, tapi melihat kevulgaran model di bagian sampul cukup mewakili gaya penulis menyampaikan kisah Dewi Ayu yang vulgar dan blak-blakan. Menariknya, membaca Cantik Itu Luka yang disampaikan dengan cara blak-blakan kadangkala membuat bibir sedikit tersungging 'menatap' keironian hidup Dewi Ayu dan anak-anaknya. Alur maju-mundur dengan balutan plot yang rumit, membuat saya harus sedikit berkonsentrasi supaya tidak kehilangan kejutan yang diselipkan dalam kisah yang memperlihatkan kebebasan fantasi Eka Kurniawan.

Judul: Cantik Itu Luka
Penulis: Eka Kurniawan
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetak:Ketiga, Februari 2012
Tebal: 481 hlm
Bintang: 3/5

Review diikutkan dalam Historical Fiction Challenges 2013 Edisi Bulan April


:: ingin buku seken/murah bermutu? mampir ke FB Parcel Buku yuk! ::

Comments

  1. aku beberapa kali mual baca buku ini mbak..

    ReplyDelete
  2. hehehe,,, iya sih, adegan plus2nya banyak, didukung ma bahsa yang vulga, beuh! jadinya eneg

    ReplyDelete
  3. Sudah lama banget ga mampir ke sini, kangen dengan review yang bisa dijadikan referensi untuk membeli buku. :)

    ReplyDelete

Post a Comment

What Do You Things?