Pride & Prejudice

Sumber:: Koleksi Pribadi

Sebelumnya saya sudah pernah membaca Pride and Prejudice terbitan dari Bukune. Saat itu, saya kurang menikmati membaca kisah Elizabeth dan Mr. Darcy karena ukuran huruf yang kecil, juga spasi yang rapat sehingga tidak bersahabat dengan mata. Efeknya, saya jadi terputus-putus membacanya dan gak nyambung dengan ceritanya. Baru ngeh pas mendapat penjelasan dari Mbak Rini tentang kefenomenalan Pride and Prejudice.

Cover by Bantam Classics th 1983 [Sumber:: sini]
Berbekal pengalaman dan informasi tentang PP sebelumnya, mulailah membaca salah satu karya klasik terbaik Jane Austen versi Penerbit Qanita. Dengan ukuran huruf yang lebih bersahabat, saya mulai bisa menikmati alur cerita yang diawali dengan berita kedatangan keluarga Bingley ke Hertfordshire. Obsesi Mrs. Bennet untuk menikahkan putri-putrinya dengan pemuda kaya raya, membuatnya heboh ketika mengetahui bahwa dalam rombongan pendatang tersebut terdapat pria berpenghasilan besar.

Pesta dansa yang kerap diselenggarakan mempertemukan Mr. Bingley dan Jane, putri sulung Mrs. Bennet, yang membuahkan rasa cinta. Keramahan dan sifat supel Mr. Bingley terpadu manis dengan kelembutan Jane. Uniknya, Mr. Bingley yang ramah memiliki sahabat dekat dengan peringai sangat berlawanan, Mr. Darcy. Keangkuhannya membuatnya tidak disukai di Hertfordshire. Komentar sinisnya tentang tawaran Mr. Bingley untuk mengajak salah satu gadis berdansa, tertangkap telinga oleh Lizzy saat dia sedang duduk sendiri, tak jauh dari Mr. Darcy.
"Dia lumayan, tapi tidak cukup membuatku terpikat; aku sedang malas beramah tamah dengan gadis-gadis yang tidak diminati oleh pria-pria lain." [Darcy-h.20] 
Seperti judulnya, prasangka bertaburan dimana-mana, seperti juga yang terjadi dalam pikiran Lizzy. Kejengkelan dan prasangka Lizzy pun semakin menggunung saat mendengar cerita nelangsa Mr. Wickham yang pernah hidup seatap dengan Mr. Darcy. Namun, demi sang kakak, Jane yang sedang kasmaran dengan Mr. Bingley, Lizzy berusaha tetap menahan diri, sampai pada suatu kesempatan yang tidak disangka, segala kebenciannya terlontar di hadapan Mr. Darcy.

Jane Austen
'Benci = Benar-Benar Cinta,' pasti pernah dengar slogan yang satu ini dan kejadian juga dalam diri Lizzy. Kebingungan, merasa bersalah, dan mulai mempertanyakan diri sendiri menjadi kemelut dalam diri Lizzy. Selain itu, rasa malu  terus menggelayuti Lizzy setiap kali mengingat tentang keluarganya, terutama Mrs. Bennet, Kittty, dan Lydia yang terobsesi dengan pria kaya. Padahal tanpa sadar, Lizzy pun terkontaminasi pemikiran yang sama dan tersirat saat dia berkunjung ke Pemberley.
"Aku berharap salah satu dari kalian sudah mendapat suami sebelum pulang. Jane akan menjadi perawan tua sebentar lagi. Umurnya sudah hampir dua puluh tiga! Oh Tuhan, aku sungguh malu jika belum menikah saat umurku dua puluh tiga!" [Lydia - h. 335]
Lewat Pride and Prejudice, Jane Austen menyampaikan kritikannya tentang masalah status pernikahan, uang, dan kelas sosial yang saat itu sering menjadi dasar penilaian setiap kalangan. Menikah menjadi idaman bagi setiap ibu dan anak gadisnya, yang standar pemilihan calon suaminya berdasarkan kelas sosial dan pendapatan per tahunnya. Sindiran-sindiran sering terlontar dari perkataan Mr. Bennet kepada istrinya yang memuat humor satir. Bagian itu yang memberi nuansa kocak dalam cerita. Meski saya memandang Mrs. Bennet begitu menjengkelkan dengan imajinasi dan sifat noraknya, tapi terkadang begitulah ibu yang kerap menginginkan anaknya mendapatkan yang terbaik. Terbaik menurut versinya.

Menarik mencermati kisah Pride and Prejudice, apalagi jika mengingat saat ini, selang 180-an tahun dari terbitnya buku ini, ternyata di Indonesia, sebagian orang juga memiliki kriteria harta dan tahta dalam memilih calon pasangan atau menantu, bahkan di belahan bumi manapun kali ya. Well, jadi novel klasik yang satu ini tidak bakalan lekam karena manusia yang gila uang dan kekuasaan masih akan terus ada selama bumi berputar. #uhuk

Judul: Pride & Prejudice
Penulis: Jane Austen
Penerjemah: Berliani M. Nugrahani
Penerbit: Qanita
Cetak: Kedua, April 2011
Tebal: 588 hlm
Bintang: 3/5

NB: Tengkiu Mbak Rini, kado zaman jahiliyahmu satu ini sudah selesai dibaca. Segera menyusul kado-kado masa silam yang lainnya #kerjaantukangtimbunyangingininsaf

:: ingin buku seken/murah bermutu? mampir ke FB Parcel Buku atau Dagang Buku yuk! ::

Comments

  1. Isinya berat nggak Mbak? Pengen baca tp takutnya malah nggak nangkep..hehe..

    ReplyDelete
  2. gak berat2 amat koq, sederhana tapi kritis

    ReplyDelete

Post a Comment

What Do You Things?