Veil of Roses



“… Kita bisa membawa gadis keluar dari Iran, tapi kita tidak dapat mengeluarkan Iran dari gadis itu. …” [h.65]
Tamila, seorang gadis Iran yang dikirim orangtuanya ke Amerika dengan tujuan supaya putrinya dapat menetap di sana. Pemerintahan Iran yang kala itu dipimpin Khomeini dirasa terlalu memojokkan perempuan, membuat orangtua Tami merelakan putrinya menyusul sang Kakak, Maryam. Namun, visa yang diberikan Baba dan Maman joon, hanya berlaku selama 3 bulan dan dalam jangka waktu tersebut Tami harus menikah dengan warga Negara Amerika supaya mendapatkan Green Card.
 

Upaya dilakukan Maryam dan  Ardishir, kakak ipar, sejak Tami turun dari pesawat. Maryam sangat terobsesi mencarikan pria Persia agar sang adik dapat tinggal di Amerika. Di sela-sela pencarian 'sosok' suami, Tami mengikuti kursus bahasa Inggris. Kesenangannya berjalan kaki ke tempat kursus mengantarkannya ke sebuah kedai Starbuck dan menjadi awal mula pertemuannya dengan seorang pria Amerika, bernama Ike. Love at the first time, menjajah hati Tami dan Ike, tapi gadis berusia 27 tahun itu, harus meredam keinginannya karena Maryam sejak awal sangat tidak menyukai pria Amerika.
 

Klise? Mungkin saja jika penulis tidak pandai menciptakan dan meramu konflik. Tami yang sempat mengalami cultural shock karena perbedaan yang begitu jauh antara budaya Iran dan Amerika, harus berkali-kali mengatasi ketakutan dan pertanyaan-pertanyaan dalam dirinya setiap kali memandang kebebasan di Amerika . Kemampuan penulis menggambarkan kegelisahan Tami  dengan menyelipkan kondisi kehidupan perempuan di Iran membuat alur tidak sekadar berisikan cerita cinta.
 

Kehadiran beberapa tokoh dimanfaatkan penulis dengan baik untuk menyampaikan pemikirannya, seperti Minu, Nadia, dan Eva. Adanya sosok Haroen yang seorang clean freak dan Masoed, pria gay membuat cerita menjadi semakin menarik dan kaya konflik. Belum lagi, kejutan dari Masoed jelang beberapa jam sebelum pernikahannya. Intinya, saya menyukai alur cerita Veil of Roses.




“Berkencan di Iran itu seperti … Aku tidak tahu. Begitu banyak larangan sehingga fokus kami, dan kesenangan kami, tampaknya justru terpusat pada keinginan untuk mengerjai sistem itu. “ [h.191]
Peraturan dibuat untuk dilanggar. Pernah dengar jargon itu? Pastinya pernah. Ternyata jargon tersebut tidak hanya berlaku di Indonesia, kehidupan di bawah pemerintahan Khomeini, di Iran, ternyata juga menciptakan sikap menentang dari para kawula mudanya, terutama perempuan. Kondisi itulah yang diangkat penulis lewat tokoh Tamila. Terlepas dari alur cerita yang menarik, dalam hal pemikiran sudah pasti banyak yang bertentangan dengan keyakinan saya. Apalagi ketika tema yang diangkap penulis adalah hijab dan pergaulan. Terasa sekali gema feminisme yang disampaikan Laura Fitzgerald lewat novel yang judulnya diterjemahkan menjadi Kerudung Merah ini.  
 

Beberapa kali perkara hijab dan pergaulan islam disampaikan dengan gaya menyudutkan. Dari situ kemudian saya mencoba untuk berpikir apakah bagian tersebut muncul karena memang keadaan di Iran, masa pemerintahan Khomeini, begitu kelam. Belum lagi, simpang siurnya berita tentang keadaan Iran pada masa itu, membuat saya tidak dapat menghakimi pemikiran tersebut.
 

Saya jadi teringat dengan salah satu luapan pikiran di blog Proud To Be Indonesian Forever yang berjudul Hijab Crackdown tentang kondisi hijab di Iran dan Turki. Gambaran tentang peraturan hijab di Iran yang banyak ditentang dan bagaimana semakin maraknya muslimah berhijab di Turki padahal negara tersebut terkenal sekular dan sempat melarang pemakaian hijab. Peraturan dibuat untuk dilanggar, memang seperti telah terekam dalam alam bawah sadar manusia, terutama ketika aturan tersebut diterapkan dengan arogan.
 

Hey!
Bukankah Islam itu Indah dan Lembut.
Islam, Rahmatan lil alamin.
Satu lagi, Hijab adalah pelindung, bukanlah pengekang


Judul: Kerudung Merah
Judul Asli: Veil of Roses
Penulis: Laura Fitzgerald
Penerjemah: Rahmani Astuti
Editor: Rini Nurul Badariah
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetak: Pertama, Mei 2012
Tebal: 376 hlm
ISBN: 978 9792283419
Bintang: ***

:: ingin buku seken/murah bermutu? mampir ke FB Parcel Buku yuk! ::

Comments

  1. bagus bgd..

    suka baca sinopsisnya.
    apalagi baca aslinya.
    amazing.

    ReplyDelete
  2. Asiikk buku ini udah ada di timbunan... *ngga janji dibacanya kapan* btw memang sepertinya masa gelap Khomeini di sana sangat bikin trauma dan efeknya jadi dikait2kan dengan Islam.. Padahal betul, Islam itu Indah dan Lembut..

    ReplyDelete
  3. waaah! kudu buruan dibaca mbak annisa, nanti tumpukan semakin tinggi dan bukunya terlupakan #pengalamanpribadi :P

    ReplyDelete

Post a Comment

What Do You Things?