Frankenstein



“Aku sudah menduga akan mendapat sambutan semacam ini, … Semua orang membenci apa saja yang punya rupa buruk. Tapi aku harus dibenci kalau keadaanku paling menyedihkan di antara semua makhluk hidup? Bahkan kau, penciptaku, membenci dan mencelaku, ciptaanmu?” [h.157]
Awalnya kusangka akan dihadapkan pada kisah tentang pembunuhan yang berdarah-darah, dan ternyata kisah Frankenstein tidak semengerikan bayangan saya. Kesalahan saya [lagi] adalah menyangka bahwa Frankenstein adalah nama makhluk bongkar pasang yang khas dengan tubuhnya yang besar dengan jahitan di kepala [ini saya lihat dari beberapa filmnya], ternyata nama tersebut adalah milik penciptanya, yaitu Dr. Victor Frankenstein, dan sosok raksasa ini malah tidak memiliki nama.
 

Menjadi makhluk yang berwajah mengerikan dan dihindari bahkan dimusuhi, sungguh menyedihkan. Don’t Judge Book by It’s Cover  slogan yang bertujuan untuk mengingatkan manusia agar lebih baik dalam menilai orang lain ternyata tidak mudah untuk direalisasikan. Ragam hinaan dan pukulan, menimpa makhluk ciptaan Dr. Frankenstein disebabkan kondisi fisiknya yang mengerikan. Bagaimana tidak, jika badannya berasal dari sambungan bagian-bagian tubuh yang diambil dari beberapa pekuburan.
 

Keinginan untuk bersahabat yang awalnya tertanam dalam diri sang makhluk, lama-kelamaan tertimbun oleh perlakuan kasar manusia. Kesedihan pun menumpuk berganti depresi, dan kemudian menggiringnya pada sebuah ide yang HARUS diwujudkan oleh si pencipta, Dr. Frankenstein. Di sisi lain, Dr. Victor Frankenstein juga mengalami depresi akibat obsesinya menciptakan manusia. Kegilaannya dengan ilmu pengetahuan berujung pada sesuatu yang membuatnya menyesal seumur hidup.
“kau sedang mencari pengetahuan dan kebijaksanaan, seperti aku dulu. Dengan sungguh-sungguh aku berharap semoga kelak impianmu tidak berubah menjadi ular berbisa yang akan menggigitmu, seperti yang telah kualami” [h.31]
Anggapan awal yang mengira akan bertemu dengan cerita yang menyeramkan ternyata salah. Bercerita dengan gaya buku harian, Mary Shelley, memaparkan tentang kecintaan Dr. Victor Frankenstein pada ilmu pengetahuan yang menggiringnya pada obsesi untuk membuat namanya menyejarah. Kemunculan makhluk bongkar-pasang dan kengerian Frankenstein pada makhluk ciptaannya, mulai membuat cerita menjadi memilukan.  Rupa buruk yang kerap berbuah penderitaan digambarkan lewat pergulatan pikiran dan batin Frankenstein yang menyedihkan
 

Kisah Frankenstein sedikit mengingatkan saya dengan salah satu cerpen dalam buku ‘Ketika Mas Gagah Pergi … dan Kembali’ yang berjudul Lelaki Berhati Cahaya. Sama-sama memiliki keburukan fisik yang membuat oarng sekitar menghindar dan mencibir. Mengapa masih banyak manusia yang menilai dan ‘menghukum’ hanya lewat rupa fisik seseorang?

Judul: Frankenstein
Penulis: Mary Shelley 
Penerjemah: Anton Adiwiyoto
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetak: Kedua, Maret 1995
Tebal: 375 hlm
ISBN: 979-605-066-8
Bintang: ***

:: ingin buku seken/murah bermutu? mampir ke FB Parcel Buku atau Dagang Buku yuk! ::

Comments

  1. baru bener-bener tau kisah frankenstein yang sebenarnya dari sini
    setelah gugling, jadi baca lebih lengkap lagi
    :)

    ReplyDelete
  2. udah lama sekali baca ini jaman smp...org2 anggap horrir pdhl sedih ya ceritanya.

    ReplyDelete

Post a Comment

What Do You Things?