Mr. Mercedes



“Mr. Mercedes menginginkan Hodges bunuh diri. Hodges bertanya-tanya apa yang dipikirkan penjahat itu seandainya dia tahu dirinya justru sudah memberi mantan Knight of Badge and Gun ini alasan untuk hidup. Setidaknya untuk sementara waktu.” ~ Hodges - h.54.

Status baru Hodges sebagai pensiunan Detektif membuat hidupnya monoton dan terasa tidak berguna. Duduk termenung, menonton televisi sambil memainkan revolver milik ayahnya. Rutinitasnya sekejab berubah ketika surat meremehkan dan provokatif Mr. Mercedes berada di tangannya. Mr. Mercedes, pembunuh puluhan antrian pencari kerja dengan motif kepuasan.

Hodges adalah Detektif yang menangani kasus tersebut, dan hingga melewati masa pensiun, kasus belum terpecahkan. Gairah Hodges menjerat si pembunuh, sama besar dengan keinginan sang pelaku menyaksikan revolver meledakkan kepala Hodges. Brady Hartfield, pelaku yang kesehariannya bekerja sebagai penjual es krim dan teknisi komputer. Pekerjaan yang membuatnya leluasa mengawasi sekitarnya, tanpa orang lain sadari, termasuk rumah si Pensiunan Detektif.

Diceritakan dari dua sudut pandang, Hodges dan Brady, membuat aura persaingan sangat terasa. Satu pihak mengejar, pihak lain mengawasi. Usaha Hodges menganalisa kepribadian pelaku dari barisan dan struktur kata surat sangat menarik, termasuk menganalisa kembali sosok Mrs. Trelawney, pemilik mobil Mercedes. Dari sisi lain, kegilaan isi kepala Brady tergambar kuat dibarengi pengungkapan masa lalunya sedikit demi sedikit, juga tak lepas dari keinginan terbesarnya yaitu membuat dirinya terkenal dengan kehancuran yang diciptakannya.

“Dia menganggap dirinya sendiri pencipta sekaligus perusak, tapi menyadari sejauh ini dia belum berhasil menciptakan sesuatu yang benar-benar mengguncang dunia, dan dia dihantui kemungkinan dirinya takkan pernah bisa. Bahwa kreativitasnya, maksimal, hanya termasuk golongan dua.” ~ Brady – h.160

Saya belum menonton filmnya, tapi rasa-rasanya dengan membaca saja, imajinasi dengan mudah memvisualisasikan ketegangan aksi Brady dan Hodges. Ketegangan yang ‘terpelihara’ karena Stephen King jago meredam kejutan dan mengurai simpul-simpul kasus dengan perlahan, sehingga tetap membuat pembaca penasaran. Rasa geregetan juga muncul setiap kali Hodges menebak-tebak pelaku, padahal Brady begitu dekat dan berseliweran di sekitarnya.

Bravo untuk seri pertama Bill Hodges dan sudah pasti menanti terjemahan aksi Hodges berikutnya, Finders Keepers.

Mr. Mercedes | Stephen King | Gramedia Pustaka Utama | 2017 ; 684 hlm | 3/5 bintang | Harga: Rp. 158.000 (harga diskon di www.parcelbuku.net)

Comments