My Brief History (Sejarah Singkat Saya)


“Saya bahagia bila bisa menambahkan sesuatu terhadap pemahaman kita atas alam semesta.” ~ Stephen Hawking

Beberapa kali saya melihat sosok Stephen Hawking di Youtube. Saya sendiri tidak terlalu berminat dengan buku-buku esainya, bahkan tidak juga paham pro-kontra yang ditimbulkan segala pemikiran dari Stephen Hawking. Tapi, rasanya luar biasa melihat kondisinya yang hampir tidak dapat melakukan apa-apa, tapi memilih untuk  tetap berkarya. Menyampaikan pemikiran-pemikirannya melalui tulisan atau seminar dengan segala bantuan teknologi yang sangat membantu dan memudahkan aktivitasnya.

Terlahir pada 8 Januari 1942, Hawking tumbuh dalam keluarga berpendidikan. Perjalanan studi Hawking dari kecil sampai remaja, tidak ada yang istimewa tapi orangtuanya selalu mengusahakan yang terbaik. “Pekerjaan saya di kelas sangat tidak rapi, dan tulisan tangan saya memusingkan guru. Tapi teman-teman sekelas menjuluki saya Einstein, jadi mungkin mereka melihat pertanda sesuatu yang lebih baik.” ~ h.29

“Fisika selalu menjadi mata pelajaran paling membosankan di sekolah karena sangat mudah dan gamblang. Kimia lebih asyik karena ada hal-hal tak terduga seperti ledakan. Tapi fisika dan astronomi menawarkan harapan memahami dari mana kita datang dan mengapa kita ada di sini. Saya ingin merenungi luasnya alam semesta.” ~ h. 36

Tak luput, dalam autobiografinya Hawking menjabarkan dengan singkat perkembangan dunia fisika saat sedang menempuh pendidikan di Oxford, dan saat tahun terakhir di sana, dia mulai mengalami gejala dari penyakitnya. “Mimpi lain yang saya dapat berkali-kali adalah saya mengorbankan jiwa untuk menyelamatkan orang lain. Bagaimanapun, jika saya akan mati, mendingan berbuat baik dulu.” ~h.61

Penyakit Hawking berkaitan dengan melemahnya sistem otot sehingga perlahan membuatnya lumpuh. Meski di awal muncul rasa putus asa, tapi kemauan untuk menyumbangkan pemikirannya memperkuat semangat hidupnya. Tumbuh yang lumpuh tidak menghambat otaknya untuk berproduksi dengan teknologi, hingga buku-buku pun tetap lahir. Meski begitu, Hawking tidak banyak bertutur tentang penyakitnya, hampir sebagian besar pertengahan buku membahas tentang pemikiran-pemikiran alam semesta. Pembahasan yang cukup membuat pusing pembaca yang minim pengetahuan tentang hal tersebut. Meski begitu, selipan-selipan canda sedikit melonggarkan kerutan kening.

Bagian kehidupan Hawking yang juga disinggung adalah keluarga dan pernikahan. Dua kali menikah dan dua orang putra/i memberi kebahagiaan tersendiri dalam diri Hawking di sela-sela gejolak pemikirannya yang seperti tidak ingin berhenti. Tapi, melihat betapa tipisnya autobiografi seorang fenomenal bernama Stephen Hawking, bisa diprediksi tidak terlalu mampu menggambarkan kehidupannya dengan mendetail. Kehidupan Hawking hanya dibahas sepintas-pintas. Mungkin akan lebih mendalam dan tebal jika ditulis oleh orang lain dengan riset kehidupan sosok yang sensasional ini. Bagi penyuka film, perjalanan hidup Hawking juga telah divisualisasikan dalam A Theory of Everything.

My Brief History (Sejarah Singkat Saya) |  Stephen Hawking |  Gramedia Pustaka Utama | 2014; 152 hlm | 3/5 bintang

Comments