Ruang Temu



Benar, kalau pembaca menyukai sebuah buku, dia akan cenderung untuk membeli buku yang ditulis dengan orang yang sama. Sama halnya dengan saya yang dulu terkesan dengan novel Ketika Daun Bercerita, karya Maradilla Syachridar, maka saat menemukan Ruang Temu muncul rasa penasaran.

Benar, bahwa tidak selalu buku dengan penulisnya yang sama, akan memberikan sensasi senada saat membacanya. Sama halnya dengan pendapat saya tentang Ruang Temu yang tidak semenarik Ketika Daun Bercerita. Ruang Temu lebih banyak bercerita tentang kegalauan Deanna yang jatuh cinta dengan sahabat kekasihnya, Rajasa. Mielka, sang pelukis memesona Deanna sejak pertama kali bertemu, dan ternyata bersambut.

Cerita berlangsung dengan nuansa yang agak mistis karena pertemuan Deanna dan Mielka yang banyak terjadi di alam mimpi. Tak lazim, tapi saya sendiri kurang tahu apakah hal seperti itu memang terjadi. Tapi fiksi adalah fiksi, bukan sebuah kehidupan nyata sehingga kita tidak bisa bermain-main dengan jalan hidup, seperti yang disampaikan penulis di bagian pengantar.

Alur cerita yang lambat dan dipenuhi kegalauan, membuat saya agak bosan. Tapi saya memutuskan untuk melanjutkan membaca karena rasa penasaran dengan si tetangga yang menjadi 'penenang' Deanna saat menatap jendela. Mengingat ceritanya yang penuh dengan ilusi, saya pikir sosok tetangga itu adalah perwujudan dari obsesi Deanna, ndalalah imajinasi saya salah besar.

Meski semuanya hampir terasa minus di mata saya, tapi akhir cerita yang mengambil tiga sudut pandang tokoh [Deanna, Rajasa, dan Mielka] menjadi penutup yang apik.

Judul: Ruang Temu
Penulis: Maradilla Syachridar
Penerjemah: Widyawati Oktavia
Penerbit: Bukune
Cetak: Pertama, Mei 2012
Tebal: iv + 244 hlm
Bintang: 2/5

Comments

Post a Comment

What Do You Things?