What's left of Us


Kenangan dapat menjadi sesuatu yang indah, tapi tak pelak juga dapat menyuguhkan trauma yang berujung keterpurukan. Kisah tentang kenangan yang ingin dilupakan, kalimat di sampul depan buku What’s Left of Us ini mengingatkan saya dengan film eternal sunshine, yang bercerita tentang sepasang kekasih yang memotong sekaligus menghapus kenangan satu sama lain. Namun, ternyata di tengah proses penghapusan si laki-laki malah ingin mengembalikan seluruh akan kekasihnya.

Satu pelajaran yang dapat kutarik adalah seburuk apapun kenangan, keberadaannya tidak untuk dilenyapkan tapi diobati, bahkan mungkin dapat menjadi mutiara hikmah bagi diri sendiri atau orang lain. Penghapusan kenangan secara paksa bisa jadi akan berakibat fatal, seperti yang dialami oleh Richard Farrell.

Heroin membunuh memori… [h.112]

Keinginan untuk membunuh masa lalu mengantarkan Richie pada heroin. Kenikmatan sesaat ini memang membuatnya dapat merasa lebih tenang tanpa dihantui gambaran-gambaran silam yang kerap membuat batinnya kesakitan. Bayangan masa lalu yang sebagian besar dipenuhi dengan kekerasan sang ayah, perlakuan seks dari bibinya, dan perselingkuhannya, terasa hilang ketika cairan heroin melebur dalam darah.

Kenyataannya, heroin sama sekali tidak membunuh memori, tapi malah menggerogoti kepercayaan-diri si pemakai. Percobaan bunuh diri pun dilakukan Richie, yang kemudian mengantarkannya ke panti rehabilitasi. Dari situlah, cerita Richie semakin komplek, tidak lagi hanya tentang dirinya tapi juga kawan-kawan senasib.

Memoar Richie diceritakan dengan sangat gamblang. Dari mulai kecanduan heroin dengan detail tentang mendapatkan heroin, cara memakai, proses sakaw, dan kecenderungan seks, hingga menapakkan kaki keluar dari panti rehabilitasi dengan segala proses penyembuhan yang sebagian besar dengan cara berbicara dan mengeluarkan segala beban pikiran, saya bisa mencerna perjalanan dan kemelut batin Richie dengan mudah. Hanya saja, ada sebagian cerita masa lalu Richie yang diulang-ulang, membuat saya agak bosan membacanya.

Well, yang pasti, What’s Left of Us memberikan pemahaman kepada saya bagaimana, kurang-lebihnya, kehidupan dari pengguna narkoba. Sekaligus memberi pelajaran untuk tidak sekadar menghakimi/menyalahkan tapi juga mencoba melihat bahwa selalu ada alasan di balik tindakan yang mereka ambil.

Seperti yang dikatakan Richard Farrell di akhir buku, Jika aku berhasil sembuh, maka siapa pun pasti bisa [h.341], maka selalu ada kesembuhan bagi para pecandu yang memiliki kemauan. Keep Fighting!

Judul: What's left of Us
Penulis: Richard Farrell
Penerjemah: Mahir Pradana
Penerbit: GagasMedia
Cetak: Pertama, 2011
Tebal: x + 342 hlm
Bintang: **

:: ingin buku seken/murah bermutu? mampir ke FB Parcel Buku yuk! ::

Comments

Post a Comment

What Do You Things?