Pride And Prejudice



Dulu pernah menonton film The Jane Austen Book Club, walaupun agak lupa detail ceritanya tapi saya ingat pernah berniat setidaknya membaca satu hasil karyanya. Tergerak karena niatan dan penasaran, saya pun membaca Pride & Prejudice yang kabarnya menjadi salah satu karya klasik yang fenomenal. Di rumah tersedia buku ini dengan dua penerbit yang berbeda dan saya memilih membaca terbitan Bukune terlebih dahulu.

Baru berjalan 2 bab, mood baca saya mulai menurun. Bahasa yang cenderung kaku, paragraf yang terkadang sangat panjang, dan pilihan font yang menyengsarakan mata [terutama untuk saya yang memiliki mata minus] membuat saya harus membaca dengan perlahan dan berkali-kali meletakkannya. Tapi karena penasaran dengan kefenomenalan buku ini, saya pun berniat menuntaskannya walaupun dalam jangka waktu yang lama. Hingga akhir halaman, saya benar-benar tidak menemukan sesuatu yang spesial, maka saya bertanya-tanya [dan memasang status di twitter], apa yang membuatnya menjadi karya sepanjang masa?

Mbak Rini yang kemudian bersedia menjelaskan beberapa hal yang membuat Pride & Prejudice [#PP] menjadi begitu fenomenal,

Isi #PP sesuai dengan judulnya, menunjukkan karakter yang tidak hitam putih. Penuh pesan yang disampaikan secara liris namun satir.

Misalnya, semangat Mrs. Bennett yang menggebu-gebu untuk menikahkan anak-anak perempuannya. #PP

Potret zaman yang begitu mengguratkan pentingnya status pernikahan bagi seorang wanita, bertabrakan dgn Austen sendiri. #PP

Toh Elizabeth yang cantik dan ditengarai paling cerdas, juga berprasangka buruk pada Darcy hanya krn ia tampak dingin dan sinis... #PP

... padahal sebenarnya lelaki itu baik hati dan penuh perhatian. #PP

Yang dikritik Austen, betapa ambisiusnya perempuan menikah demi status sosial dan ekonomi. #PP

Di bab I, sudah terpapar betapa Mrs. Bennett hobi menggosip dan mencari tahu berapa penghasilan lelaki2 yang diincarnya. #PP

Kocaknya (atau konyolnya?) Mrs. Bennett mendorong2 suaminya langsung ke rumah pria pendatang baru yg potensial jadi mantu. #PP

Di sinilah hitam-putih itu terkikis. Mr. Bennett sendiri malah kalem-kalem saja dan tidak mau menanggapi ambisi istrinya. #PP

Untuk lebih jelasnya, silakan baca telaah lengkap nilai-nilai plus novel #PP ini di prideandprejudice.info

Saya juga menemukan artikel menarik mengenai #PP di Koran Anak Indonesia, bit.ly/syDSQD

Sangat disarankan juga menonton film biografi (adaptasi) Austen, 'Becoming Jane'. Akan tampak sikap feminisnya. #PP

Akan lebih paham lagi jika membaca (atau nonton film) Sense and Sensibility. Temanya hampir sama dengan #PP

Satu lagi, pernikahan beda kasta pada masa itu terbilang langka. Jadilah #PP semakin unik.

Oh ya, saking melekatnya #PP di hati masyarakat, banyak dibuat buku berupa fanfictionnya:)


Setelah diingat-ingat lagi memang benar apa yang dijelaskan Mbak Rini, terutama tentang perkataan Mr. Bennet yang sering mengandung kesatiran. Tapi karena saya tidak terlalu nyaman dengan bahasa yang digunakan, sepertinya banyak yang masuk kepala tanpa diproses. Mungkin nanti saya akan mencoba lebih berkonsentrasi membaca PP terbitan Qanita dan berbicara lebih banyak mengenai isi ceritanya. Apalagi setelah dibuka-buka sedikit, fontnya lebih bersahabat.

Judul: Pride And Prejudice
Penulis: Jane Austen
Penerjemah: Yunita Candra
Penerbit: Bukune
Cetak: Pertama, Januari 2011
Tebal: iv + 452 hlm
Bintang: **

:: ingin buku seken/murah bermutu? mampir ke FB Parcel Buku yuk! ::

Comments

  1. Lain ladang lain belalang ya, Sin... kalau aku pribadi menganggap bahasa terjemahan versi Bukune ini luwes. Bukan karena kenal dengan penerjemahnya, sih... Mungkin lantaran analogi soto seperti yang Sinta bilang.

    ReplyDelete
  2. wow, luwes ya mbk rini _ _!! iya sih, wong mbk rini udh makan soto dimana2 dan bertahun2 :P

    ReplyDelete
  3. kalo gitu ikutin twitternya mbak aja deh,..hihiii..izin follow twitter dan blognya ya mbak..hihiii

    ReplyDelete
  4. Ngomong2 dengan font tak bersahabat, terus terang aku jg kurang nyaman sama font blogmu ini Sin....

    ReplyDelete
  5. @rian: nggih monggooo :)

    mbk fanda: hihihi, lagi coba2 template mbk :D

    ReplyDelete
  6. dari dulu belum tergoda baca buku ini, hmmm kenapa ya? nggak begitu tertarik...takut bosen hahaha!

    ReplyDelete
  7. hahaha... sekali-kali dicoba mbk, kali aja malah tertarik ;)

    ReplyDelete
  8. Baru selesai baca buku ini minggu kemarin, terbitan Qanita. Berminggu-minggu untuk satu buku, karena setiap baca hanya 1, 2, atau paling banyak 3 bab. Cape mencerna bahasanya.
    Tertarik baca buku ini setelah lihat filmnya 5 tahun yang lalu (versi Keira Knightley sbg Lizzy), dan saya terpikat sm Mr Darcy dalam film tsb.
    Nonton filmya pun sampai 3 kali. Pertama, blm paham maksud filmnya, tp sudah terpikat sama karakter Mr Darcy. Kedua, ketagihan nonton Mr Darcy, sekalian memahami isi cerita filmnya. Ketiga, baru bisa memahami isi cerita dgn lbh utuh.
    Setelah baca bukunya, baru deh ngerti kenapa filmnya susah dicerna, karena banyak detail dan pikiran2 para tokohnya yg memang susah divisualkan dlm film.

    ReplyDelete
  9. hmmm, apa saya perlu nonton filmnya dulu ya *mikir

    ReplyDelete
  10. Hai, baca yang bahasa asli juga coba :)

    ReplyDelete

Post a Comment

What Do You Things?