Kami Anak-Anak Bom Atom

Judul ini mengingatkan saya dengan buku dari Astrid Lindgren, Kami Anak-Anak Bullerbyn, yang berkisah tentang keceriaan 6 bocah, Lisa, Anna, Britta, Lasse, Bosse dan Olle di di desa kecil yang hanya terdiri dari tiga pondok, tetapi tak pernah sepi dengan keceriaan dan canda tawa. Keceriaan dan keisengan yang pasti membuat pembaca tersenyum kecil atas tingkah mereka.

Namun, sangat berbeda dengan cerita seru anak-anak Bullerbyn, buku ini menyajikan kumpulan cerita dari anak-anak korban bom atom. Keceriaan yang terhapus, kesunyian canda tawa, minimnya ukiran senyum, tergambar pada cerita yang dituturkan siswa SD hingga SMU ini.

…hari yang menakutkan dan menyedihkan bagiku yang tidak akan pernah akan kulupakan. [hal.42]

6 Agustus 1945, perang dunia II mencapai puncaknya ketika diluncurkan bom atom oleh tentara sekutu ke Hirosima. Bom yang seketika menaklukkan dan membuat sang kaisar bertekuk lutut dan mengumumkan bahwa Jepang kalah perang.

Perang! Selalu ada cerita sedih yang menyertainya. Perang telah menghancurkan kehidupan manusia yang tak tergantikan dengan begitu kejam. Perang menyisakan traumatik, kepedihan yang terlihat dari bagaimana mereka melukiskan gunungan mayat, korban-korban luka bakar yang melolongkan air…air…air!, bagaimana ketika mereka harus melihat ayah atau ibu, bahkan keduanya, harus terenggut, ataupun saat menyaksikan satu per satu keluarganya dikremasi. Mata-mata bening yang terpaksa harus menelan segala kepedihan yang terjadi di luar kemauan mereka.

Berkaitan dengan itu semua dan gencarnya isu perdebatan senjata nuklir, buku ini memiliki misi untuk menyampaikan pesan perdamaian yang sangat perlu dipahami oleh anak-anak maupun masyarakat luas. Betapa pihak yang paling terluka oleh perang adalah rakyat sipil, tak terkecuali anak-anak.

…aku berdoa agar semua negara di dunia menjadi teman yang ceria dan rukun. [hal 44]

Judul Buku : Kami Anak-anak Bom Atom
Penulis: Siswa-siswa Korban Perang
Editor: Osada Arata
Penerbit: KPG [Kepustakaan Populer Gramedia]
Terbit: Pertama, September 2009
Tebal Buku: 160 halaman
ISBN: 95204090298
Harga: Rp. 35.000 [sebelum diskon 15%]

Comments

  1. Ini buku utk anak-2 ya mbak...?
    Sepertinya asyik juga nih untuk mengetahui bagaimana perasaan anak-2 korban perang yang diceritakan langsung oleh mereka.

    ReplyDelete
  2. Selalu miris sekaligus menarik mengetahui curahan hati anak-anak korban perang. Berharap agar tak ada perang sama sekali, tapi kayaknya rada gak mungkin ya?!
    Ah ... tetaplah berharap dan berdoa ...
    Peace!

    ReplyDelete
  3. ini true story ato fiksi..
    kayaknya menarik nih bukunya :D

    ReplyDelete
  4. Buku yang menginspirasi kita untuk menjaga perdamaian. Nice posting

    ReplyDelete
  5. buku yang bagus nih, smoga aja aku sempet baca :)

    ReplyDelete
  6. semoga tak ada lagi bom yang membuat susah manusia

    ReplyDelete
  7. halloooww...Sintaaa..
    lama gak bersua kita...
    apa kabarkah dirimu??...

    seperti biasalah...kalau ke sini, mesti kamu ngiming2i aku utk beli buku baru hasil review-anmu...hahahaha....
    Insya Allah lah kalau mampir ke toko buku... :)

    ReplyDelete
  8. Naaah..akhirnya Sinta nge-review buku lagi. Selama ini masih sempat baca hanya gak sempat ngereview, atau malah gak sempat baca juga? Masih sibukkah sekarang?

    ReplyDelete
  9. good morning
    Your post is very useful to other bloggers. this day I wish there was friendship. therefore give space to provide a link exchange
    after that let us improve our blog traffick each to mutually improve our page rank blog
    good luck always

    ReplyDelete
  10. perang memang selalu merugikan T.T
    ini buku bagus, ceritanya dibuat sangat sederhana khas anak-anak, tapi aku serem bacanya soalnya kayak ngerasain gimana kalo jadi si anak itu...

    salam kenal ya ^^

    ReplyDelete
  11. Halo mbak salam kenal. Add aku di facebook ya. sebagai sesama penikmat buku.
    Untuk buku Anak-Anak Bom Atom ini, jadi pengen beliin buat anak saya. Biar terasah empatinya ya. Makasih dah ngasih resensinya ya

    ReplyDelete

Post a Comment

What Do You Things?