Aku Lelah Menjadi Cantik

Cantik. Apa yang terbayang saat kata cantik menerobos ke kepalamu? Sebagian besar pasti membayangkan Perempuan.

Selama ini kata cantik memang selalu identik dengan sosok Hawa. Dengan kerelatifannya, setiap manusia mulai memberi nilai tambah sesuatu yang memiliki kecantikan. Ketika manusia mencintai kecantikan, maka obsesi dan keserakahan akan berusaha melibatkan diri untuk mendapatkan si cantik. Dan ketika tanpa disadari memilih obsesi dan keserakahan, kecantikan pun tak kan lepas dari eksploitasi.

Tokoh Aku dalam cerpen “Aku Lelah Menjadi Cantik” merasakan eksploitasi atas kecantikan yang dia sendiri tak mengerti, atas dasar apa dia diberikan predikat cantik. Kelelahan yang membuat dia kerap merasa “menderita” dengan pemberat telinga, penyangga dada ataupun pandangan mata liar para lelaki.

Penulis semakin memperluas makna cantik dalam kisah-kisahnya yang dituturkan dengan bahasa puitis. Kecantikan alam. Pemilihan Judul “Aku Lelah Menjadi Cantik” sebagai “headline” buku, tidak sekedar karena judul ini sangat provokatif, tapi judul ini sekaligus dapat menggambarkan kelelahan alam yang kecantikannya terus menerus dikeruk dan dieksploitasi keserakahan.

Lewat buku ini Koko mem-protes kecantikan pulaunya yang mulai terkoyak. Pulau Bangka-Belitung yang sangat terkenal dengan tambang timahnya, mulai kehabisan nafas. Pengerukan tanpa kendali membuat tanah humus berubah menjadi pasir. Kolong—sumber kebutuhan air-- pun menjadi korban. Air cokelat, tercemar minyak solar yang membunuh spesies penghuni. Dan rusaklah ekosistem.

Tak hanya masalah alam, para sumber daya manusia juga semakin tergiur untuk saling berebut lahan tambang, seorang guru mulai meninggalkan didikannya, para pecocok tanam mulai tak mengindahkan ladangnya. Semua dilakukan demi menghamba kepada uang.

Selain itu, penulis juga menggambarkan masih kentalnya adat istiadat di Tanah timah tersebut. Upacara ceriak atau rateb saman yang dianggap dapat penolak bala, ditampilkan sebagai “solusi” bencana, penderitaan dan ketertindasan masyarakat Bangka-Belitung.

Penggunaan bahasa yang puitis, terkadang membuat beberapa kisah butuh dahi yang berkerut untuk menerjemahkannya. Pemakaian kata ganti orang pada cerita “Inilah tempat Ia bermain”, lelaki pertama, kedua, ketiga dan keempat, juga sedikit membingungkan dan tidak nyaman.

Yang menarik adalah sebagian besar kisah memiliki kaitan dengan tokoh sentral Atuk Jum, tetua kampung. Tokoh yang sangat dihormati masyarakat. Dan menurut pembaca akan semakin apik jika kisah “Tempat yang Kami Rindukan” yang menggambarkan tentang kegelisahan Atuk atas pengurasan alam menjadi pembuka kumcer dan ditutup dengan kisah kematian Atuk pada cerpen “Atuk Jum”. Kematian yang seakan menjadi puncak lelah pertahanan “cantik”.

Judul : Aku Lelah Menjadi Cantik
Penulis : Koko P. Bhairawa
Pemeriksa Aksara: Fivin Novidha
Penerbit : Hikayat Publishing
Tahun : 2009
Tebal : 86 halaman
Harga : Rp. 17.000,-



Comments

  1. Kamu sememangnya pencinta buku yang cantik =).
    cantik itu subjektif, bukan?

    ReplyDelete
  2. subyektif banget...thank ya dah mampir ;)

    ReplyDelete
  3. La.., kok endingnya sedih gitu ya ? Aku lebih suka yg happy ending sih hehehe..

    ReplyDelete
  4. Thanks yach resensinya bagus,..aku suka,...

    ReplyDelete
  5. ini buku kumpulan cerpen atau emang ini novel?

    ReplyDelete

Post a Comment

What Do You Things?