Keluarga Cemara


Judul: Keluarga Cemara, Musik Musim Hujan
Penulis: Arswendo Atmowiloto
Penerbit: PT. Gramedia
Cetakan: 1984

Bersikap arif dengan kemiskinan.

Masih ingatkah kamu dengan keluarga cemara? Keluarga miskin yang tinggal di rumah bambu sederhana dengan hiasan empang di halaman depannya. Mungkin yang pernah mengecap tahun 90-an, sudah hafal dengan sinetron keluarga yang satu ini. Salah satu sinetron mendidik di era 90'an yang saat ini jarang sekali saya jumpai. Dan kenanganku dengan sinetron ini lah yang menggerakkan saya untuk membeli saat melihatnya di sebuah web buku bekas.

Kali pertama menerima kiriman buku, saya sempat kecewa. Karena ternyata buku yang saya pesan ini menampilkan cover yang sangat tidak menarik---tidak sesuai dengan gambar yang ditampilkan di web---Walaupun begitu kekecewaanku tak berlangsung lama, sedikit demi sedikit terobati dengan 12 kisah yang sanggup mengaduk-aduk emosiku.

Saya dibuat tertawa dengan kepolosan Ara membelikan Abah, Peci yang kebesaran dengan dalih supaya Abah bisa memakainya lebih lama. Kemudian, dibuat menangis dengan kisah "Tangan abah tangan gagah". Di lain kisah tertawa sekaligus terharu mewarnai kisah "Agil naik Kereta Gantung". Diajak belajar tentang kejujuran pada "Kiriman Tante Iyos". Melihat kearifan Abah yang tergambar di "Abah Bisa Salah" dan masih banyak kisah yang pastinya memberiku beragam perenungan.

Lewat 80 halaman buku keluarga cemara ini saya mendapatkan gambaran keluarga yang dipenuhi dengan spirit sekaligus rasa syukur. Kemiskinan tidak membuat mereka meratap dan masygul dengan kehidupan. Kemiskinan tak membuat Abah berhenti mengayuh becak, tak mengredakan semangat Euis berjualan opak, tak menenggelamkan kasih sayang Ema, dan tak menumbuhkan Ara dan Agil menjadi anak yang lemah.

Namun, di antara kesenanganku menekuni buku ini, terdapat juga ketidak-nyamanan, terutama di bagian penulisan. Mungkin karena saya membaca buku yang cetak tahun 84, sehingga ada beberapa bagian yang mungkin perlu diperjelas, seperti dialog yang membingungkan karena tidak ada keterangan siapa yang berbicara, sedangkan saat itu ada beberapa orang yang ngobrol.

Well, jadi kangen nonton keluarga cemara lagi ^_^

Comments

  1. Aku juga suka Keluarga Cemara, tapi waktu emaknya ganti ga seneng lagi..
    Serius nih Sint, nangis bacanya? Dikau kan jarang meneteskan air mata

    ReplyDelete
  2. jadi pengen bukune...
    kok g ada lagi ya sekarang sinetrok kayak keluarga cemara gini..si doel jugA

    ReplyDelete

Post a Comment

What Do You Things?